JAKARTA, KOMPAS.TV - Tekanan inflasi global semakin tinggi ketidakpastian pasar keuangan global memberi tekanan nilai tukar di negara emerging market termasuk Indonesia. Di domestic penyesuaian harga BBM subsidi meningkatkan tekanan inflasi IHK.
Bagaimana Bank Indonesia menjawab berbagai tantangan ini?
Baca Juga Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Acuan 50 bps Jadi 4,25 Persen di https://www.kompas.tv/article/330982/bank-indonesia-naikkan-suku-bunga-acuan-50-bps-jadi-4-25-persen
Bank Indonesia menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen, suku bunga deposit facility sebesar 50 basis poin menjadi 3,5persen, dan suku bunga lending facility sebesar 50 basis poin menjadi 5 persen.
Guna mengendalikan inflasi, Bank Indonesia terus berkoordinasi erat dengan pemerintah baik dari sisi pasokan maupun dari sisi permintaan, untuk memastikan stabilitas harga dan ekonomi terjaga.
Bank Indonesia juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi dengan beberapa langkah.
Pertama, memperkuat operasi moneter melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang sesuai dengan kenaikan suku bunga BI7DRR.
Kedua, memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai bagian untuk pengendalian inflasi dengan intervensi di pasar valas.
Ketiga, melanjutkan penjualan pembelian SBN di pasar sekunder (operation twist) untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah.
Keempat, melanjutkan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman pada aspek profitabilitas bank.
Kelima, mendorong percepatan dan perluasan implementasi digitalisasi pembayaran di daerah melalui Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (P2DD).
Serta, mendorong akselerasi pencapaian qris 15 juta pengguna dan peningkatan penggunaan BI-Fast dalam transaksi pembayaran visualtransaksi qris.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/332752/upaya-menjaga-inflasi-bank-indonesia-naikan-bi7drr