KOMPAS.TV - Investasi, nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi menjadi perhatian penting Bank Indonesia (BI) dalam mengantisipasi dampak Covid-19 terhadap ekonomi.
Kepercayaan investor yang berangsur-angsur meningkat, membuat nilai tukar rupiah menjadi lebih stabil.
Ada 3 perkembangan penting yang menjadi perhatian BI dalam mengantisipasi dampak Covid-19 terhadap ekonomi, berikut penjelasannya :
1. Investasi.
Hal ini didorong oleh menariknya imbal hasil surat berharga negara. Selisih imbal hasil antara SBN dan US treasury bertenor 10 tahun mencapai 7,1% atau 713 basis point yang didorong dengan membaiknya premi resiko yang tecermin dalam indeks volatilitas pasar keuangan.
Indeks ini sempat mencapai puncak di 83,2 pada minggu kedua dan ketiga Maret, kemudian turun ke 43,8 di bulan April.
Dari sinilah, kepercayaan diri nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat berangsur-angsur prima.
Upaya Bank Indonesia mengawal rupiah ke level 15.000-an mulai membuahkan hasil.
2. Pergerakan rupiah yang dipengaruhi fundamental dan teknikal
Nilai tukar rupiah masih undervalued jika mempertimbangakan faktor fundamental. Di antaranya, inflasi rendah dan terkendali di 31%.
Kemudian faktor bauran kebijakan BI, pemerintah dan otoritas terkait, termasuk stimulus fiskal dan moneter.
Sedangkan secara teknikal, rupiah dipengaruhi penurunan harga minyak dunia serta faktor geopolitik seperti isu Korea Utara dan pembukaan lockdown USA.
Di domestik, rupiah akan sangat bergantung pada langkah penanganan Covid-19 termasuk penerapan PSBB.
3. Inflasi
Inflasi bulan April diprakirakan sekitar 0,18% month to month atau 2,78% year on year.
Inflasi selama Ramadan dan Idul Fitri tahun ini diprediksi lebih rendah dari sebelumnya.
Hal itu dipengaruhi oleh datangnya masa panen di bulan April dan Mei, permintaan yang rendah akibat pandemi corona, terkendalinya ekspektasi inflasi dan langkah kebijakan pengendalian inflasi.