KOMPAS.TV - Budidaya kepiting selama ini identik dengan tambak-tambak kepiting yang luas dan memerlukan lahan yang besar, bahkan dengan sistem pengairan air payau yang harus selalu terpantau.
Di Desa Kutawaru, Cilacap, Jawa Tengah, kelompok masyarakat Mandiri Kutawaru atau Mamaku mengembangkan budidaya kepiting dengan cara sederhana yang tidak memerlukan lahan.
Model budidaya ini disebut rusun tinggi atau rumah susun kepiting berbasis energi.
Tempat-tempat pembudidayaan bibit kepiting menggunakan galon-galon bekas air mineral yang telah disusun.
Sementara itu, untuk pengairan, dialirkan menggunakan sistem aerator, sehingga oksigen di dalam air tetap terjaga untuk kelangsungan kepiting-kepiting di dalamnya.
Dengan diletakkan di darat dan wadah-wadah transparan, maka kepiting-kepiting yang sudah gemuk atau sudah waktunya dipanen dapat dengan mudah dilihat.
Di tempat ini, kepiting yang dikembangkan dan dipanen adalah kepiting cangkang lunak, yakni kepiting yang baru saja berganti cangkang, akan diambil dan dipanen.
Sistem budidaya kepiting sederhana itu dapat dilakukan di mana pun, bahkan di belakang rumah warga.
Selain hemat karena tidak memerlukan lahan luas, budidaya kepiting cangkang lunak juga hasilnya cukup menjanjikan.
Di tempat yang biasa disebut Kampung Kepiting ini, sumber energi, baik untuk budidaya maupun lainnya, menggunakan energi mandiri yang berasal dari tenaga matahari.
Panel-panel surya terpasang di beberapa titik di tempat ini.
Kepiting cangkang lunak setelah dipanen dapat dijual dengan harga 100 ribu hingga 150 ribu rupiah per kilogram.
#kepiting #budidaya
Baca Juga Baru Sebulan Dilantik, Anggota DPRD Jabar Ditangkap: Dugaan Korupsi Dana Hibah NPCI hingga 5 M! di https://www.kompas.tv/regional/546341/baru-sebulan-dilantik-anggota-dprd-jabar-ditangkap-dugaan-korupsi-dana-hibah-npci-hingga-5-m
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/546347/mengenal-metode-budidaya-kepiting-cangkang-lunak-di-desa-kutawaru-cilacap