KOMPAS.TV - Lima tersangka pembunuhan Brigadir J menjalani uji kebohongan dengan menggunakan alat lie detector.
Pemeriksaan dengan metode lie detector dilakukan guna menguji tingkat kejujuran dari para tersangka, seperti apa cara kerjanya?
Baca Juga Hari Ini Ferdy Sambo Jalani Tes dengan Alat Lie Detector di Puslabfor Polri di https://www.kompas.tv/article/326531/hari-ini-ferdy-sambo-jalani-tes-dengan-alat-lie-detector-di-puslabfor-polri
Tim penyidik Bareskrim Polri kembali memeriksa lima tersangka dan satu orang saksi dalam kasus pembunuhan Brigadir J.
Selain Ferdy Sambo hingga Kuat Ma'ruf, polisi juga mmemeriksa asisten rumah tangga bernama Susi.
Lie detector digunakan untuk meyakinkan penyidik terhadap keterangan dari tersangka.
Alat ini menggunakan mesin poligraf yang mengukur dan mencatat indikator fisiologis, seperti tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan konduktivitas kulit pada saat tanya jawab berlangsung.
Poligraf merupakan alat untuk menguji kejujuran seseorang melalui reaksi tubuh. Alat pendeteksi kebohongan ini memiliki tiga sensor utama dengan cara kerja berbeda.
Pertama sensor untuk mendeteksi perubahan tekanan darah dan detak jantung. Sensor ini ditempelkan pada bagian lengan.
Kedua, sensor skin resistance untuk melihat dan mendeteksi keringat yang ada di tangan. Sensor ini ditempel pada jari-jari tangan.
Ketiga sensor pneumograf untuk mendeteksi detak nafas di dada dan perut. Sensornya dililitkan di perut.
Alat pendeteksi yang dimiliki Puslabfor Polri diklaim memiliki akurasi hingga 93 persen dan sudah terverifikasi Polri sesuai standar internasional.
Menurut pakar hukum pidana, keterangan hasil dari uji kebohongan akan dibandingkan dengan keterangan saksi lainnya di muka pengadilan.
Sebab hasil uji kebohongan dengan menggunakan lie detector bisa saja salah.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/326586/ini-cara-kerja-lie-detector-alat-yang-dipakai-untuk-tes-kebohongan-5-tersangka-pembunuhan-yosua