KOMPAS.TV - Produsen kerupuk di Jember, Jawa Timur menyiasati kenaikan harga minyak goreng dengan mengurangi jumlah kerupuk dalam kemasan dan memperkecil ukuran.
Hal ini dilakukan agar mereka tidak rugi dan tetap bisa memenuhi permintaan pemesan.
Strategi mengurangi isi dalam kemasan dan memperkecil ukuran kerupuk dilakukan oleh sejumlah produsen kerupuk di sentra usaha kerupuk, Kelurahan Mangli, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, salah satunya rumah produksi kerupuk tepung ikan dan bawang milik Rosyidul Abror.
Ia terpaksa menggunakan strategi tersebut agar tidak merugi di tengah naiknya harga minyak goreng di pasaran.
Baca Juga Biaya Produksi dan Harga Produk Semakin Mahal, Minyak Sawit Jadi Perhatian Pemerintah dan Masyarakat di https://www.kompas.tv/article/234412/biaya-produksi-dan-harga-produk-semakin-mahal-minyak-sawit-jadi-perhatian-pemerintah-dan-masyarakat
Harga minyak goreng saat ini menembus angka Rp 35 ribu per 2 liter, padahal sebelumnya Rp 25 ribu. Sedangkan untuk minyak goreng curah naik Rp 18 ribu per kilogram dari harga Rp 10 ribu.
Dalam sehari, Abror menghabiskan tiga kuintal tepung kerupuk untuk memenuhi permintaan pelanggan dari Jember, Bondowoso, Situbondo, Dan Banyuwangi.
Hal serupa juga dilakukan oleh Sugianto, ia terpaksa memperkecil ukuran kerupuk untuk menyiasati tingginya biaya produksi.
Beruntung meski ukuran kerupuknya mengecil konsumen tetap setia membeli kerupuknya.
Selain permasalahan tingginya harga minyak goreng, produsen kerupuk juga dihadapkan dengan masalah tingginya curah hujan yang mengganggu proses penjemuran kerupuk.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/234809/harga-minyak-goreng-mahal-produsen-terpaksa-perkecil-ukuran-kerupuk