Sejumlah petani di desa Panguragan Kulon, Cirebon, Jawa Barat menggelar tradisi gropyok. Tradisi ini adalah cara tradisional yang dilakukan para petani Cirebon untuk membasmi hama tikus.
Dengan alat masing masing, para petani bekerja sama mencari tikus di area persawahan. Tradisi ini dilakukan secara bersama sama oleh sejumlah petani, harapannya agar mendapat hasil yang maksimal sehingga penyebaran hama tikus di persawahan dapat dibendung.
Setiap petani membawa pacul untuk membongkar lubang tempat tikus bersembunyi, bila ditemukan akan segera ditangkap dan dimasukkan dalam kandang. Hanya dalam waktu satu jam, para petani berhasil menemukan 40 hingga 50 ekor hama tikus.
Menurut petani, tradisi gropyok harus dilakukan karena sangat merusak benih yang siap tanam. Hanya dalam dua hari, hama tikus ini dapat merusak benih yang ditanam seluas 600 meter untuk disebar ke 2 hektar lahan persawahan.
Sebagian petani sudah menjadi korban akibat serangan hama tikus, sebagian benih rusak dan tak dapat ditanam.
Atas dasar itu, para petani gotong royong bersama-sama akan melakukan tradisi gropyok hingga beberapa hari ke depan.
Tak hanya di satu wilayah, namun seluruh petani di tiap desa masing-masing melakukan tradisi gropyok.
Cara manual ini adalah cara yang paling ampuh untuk mengatasi serangan hama tikus.
Dengan cara ini, para petani dapat menurunkan tingkat kerugian sejak awal. Karena benih yang hendak ditanam tidak diserang hama.
Tradisi ini juga membuat sistem kerjasama dan gotong royong antar petani di tiap titik terbangun.