TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Team Khusus Antibandit (Tekab) 308 Polresta Bandar Lampung membekuk komplotan perampok dengan modus Pintu Goyang.
Polisi menembak tiga tersangka karena mencoba melarikan diri saat akan ditangkap.
Mereka adalah Luki alias Lukman (32), warga Kedaton Bandar Lampung, Nanang (35) warga Kecamatan Natar Lampung Selatan, dan Wardana (30) warga Jagabaya Bandar Lampung. Ketiganya ditangkap di tempat berbeda.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bandar Lampung, Komisaris Dery Agung Wijaya, mengatakan para tersangka adalah perampok dengan modus Pintu Goyang.
"Komplotan ini memasukkan korbannya ke mobil. Pada saat korban akan turun, pintu digoyangkan sembari mengambil barang berharga milik korban. Korban juga dianiaya di dalam mobil lalu ditinggalkan di tengah jalan," kata dia, Minggu (27/12/2015).
Dery menuturkan, salah satu korban komplotan perampok Pintu Goyang adalah seorang biarawati Suster Fransis Lidia Sumiati, yang juga Rektor STIE Gentiaras.
Peristiwa itu terjadi pada Juni lalu. Ketika itu, Lidia berjalan kaki menuju STIE Gentiaras. Kemudian datang mobil para tersangka menghampiri Lidia.
Salah satu tersangka turun mendekati Lidia pura-pura menanyakan alamat. Lidia menunjukkan arah alamat yang dimaksud.
"Tersangka kemudian meminta kepada Lidia untuk naik mobil menunjukkan alamat tersebut. Lidia yang awalnya menolak lalu mengiyakan permintaan tersangka karena tersangka memohon-mohon," tutur Dery.
Saat berada di depan STIE Gentiaras, Lidia meminta turun namun ditolak para tersangka.
Dery mengatakan, tersangka menjambak rambut Lidia lalu memukuli wajah Lidia di dalam mobil.
Para tersangka juga mengancam Lidia menggunakan senjata tajam agar menyerahkan barang berharga miliknya.
"Para tersangka menggasak uang tunai, ponsel, dan cincin di jari korban," ucap Dery.
Komplotan itu lalu membawa Lidia pergi.
Menurut Dery, tersangka Luki cs lalu membuang Lidia di tempat sepi di daerah Sumber Rejo, Kemiling.
Lidia berjalan tergopoh-gopoh mencari pertolongan. Akhirnya, Lidia bertemu dengan warga sekitar.
Warga tersebut menghubungi SMA Fransiscus. Pihak SMA Fransiscus menjemput Lidia dan membawanya ke rumah sakit. (*)