GROBOGAN, KOMPAS.TV - Menurut BMKG musim kemarau tahun ini cukup panjang dan terjadi selama enam bulan, yaitu sejak bulan Mei hingga diprediksi hingga akhir September nanti. Namun, menurut BPBD Kabupaten Grobogan, kemarau tahun ini tidak se-ekstrem tahun 2019 lalu.
Dari data yang masuk di awal Agustus 2023, sedikitnya ada 45 desa di 12 kecamatan di Kabupaten Grobogan yang mengalami kesulitan air. Hal itu di sebabkan sumur-sumur resapan air tadah hujan milik warga sudah mengering antara bulan Juni dan akhir Juli. Padahal masyarakat di Kabupaten Grobogan, terutama di pedesaan di wilayah bagian timur yang masih banyak yang mengandalkan air tadah hujan.
Untuk mengatasi masalah kekeringan BPBD Kabupaten Grobogan sudah melakukan dropping air bersih ke sejumlah desa yang paling terdampak. Terutama di permukiman di sekitar hutan dan wilayah bagian timur seperti di Kecamatan Pulokulon, Geyer dan Toroh.
"Untuk tahun 2023, sampai awal bulan Agustus ini 12 kecamatan dan 45 desa yang mengalami kekeringan. Itupun tidak sebanyak tahun 2019, mudah-mudahan di kecamatan itu saja hingga bulan September-Oktober. Karena sesuai dengan BMKG, Kabupaten Grobogan ini masuk dalam kekeringan panjang, yaitu selama enam bulan. Jadi puncaknya adalah bulan Agustus dan September," ucap Endang Sulistyoningsih, Kepala BPBD Kabupaten Grobogan.
BPBD Kabupaten Grobogan telah mendistribusikan lebih dari 70 tangki air bersih ke sejumlah desa yang membutuhkan air bersih. BPBD Kabupaten Grobogan berharap dampak kekeringan tidak meluas hingga September mendatang.
#elnino #kemarau #grobogan
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/433201/45-desa-di-12-kecamatan-di-grobogan-kesulitan-air-bersih