JAKARTA, KOMPAS.TV - Peretas berjuluk Bjorka kembali berulah dengan mengumbar data pribadi yang dihimpun situs-situs digital milik pemerintah.
Belum lama ini, Bjorka mengklaim telah membobol data masyarakat yang terhimpun dalam aplikasi PeduliLingungi.
Aplikasi ini wajib digunakan oleh masyarakat di masa pandemi, untuk mengidentifikasi apakah masyarakat sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Menurut Bjorka, data PeduliLindungi yang dibocorkan itu berjumlah 3 miliar dan 250 juta lebih, mencakup 48 GB data terkompresi dan 157 GB data tak terkompresi.
Data PeduliLindungi di tangan Bjorka, meliputi data pengguna 94 juta, data vaksinasi 209 juta, riwayat check-in (1,3 miliar), dan riwayat pelacakan kontak (1,5 miliar).
Bjorka menjual data Pedulilindungi itu dengan harga 100.000 dollar Amerika Serikat (As) atau sekitar Rp 1,5 miliar dalam bentuk mata uang Kripto Bitcoin.
Sebelummya, belum lama ini, Bjorka juga meretas dan menjual data pelanggan mypertamina sebanyak 30 GB yang memuat 44 juta data pelanggan Pertamina.
Data yang dibocorkan antara lain mencakup nama, alamat email, nomor induk kependudukan, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), nomor telepon, alamat, jenis kelamin dan tanggal lahir, hingga data pendapatan pelanggan.
PT Pertamina Patra Niaga sendiri saat ini masih menginvestigasi, bocoran data pelanggan mypertamina.
Pemerintah bahkan sebelumnya telah membentuk tim khusus untuk mengejar Bjorka; namun, hasilnya sia-sia.
Lantas, apa yang bisa dilakukan terkait kasus ini?
Kompas TV sudah terhubung dengan narasumber melalui daring, Pakar Keamanan Siber, Pratama Dahlian Persadha.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/349729/mypertamina-hingga-pedulilingungi-bjorka-bobol-jual-data-dari-2-aplikasi-tersebut