KOMPAS.TV-Penggemar kuliner malam pasti akrab dengan spanduk pecel lele, soto lamongan, atau seafood.
Spanduk kain tersebut nampak seragam dengan lukisan yang ikonis. Di tengah gempuran printing, mengapa spanduk pecel lele masih bertahan dengan kain lukisan tangan?
"Kalau kain itu sifatnya lebih menyerap cahaya, jadi begitu tersorot lampu kendaraan masih kelihatan. Bahkan kalau lampu di dalam tenda makanannya itu terang, tulisan dengan warna stabilonya akan keluar. Di situlah aura Soto Lamongan, pecel lele maupun seafood terlihat menarik", beber Hartono Perajin Lukisan Pecel Lele.
Melansir dari Kompas.com, Hartono mengungkapkan, ia tetap berkarya bukan hanya melestarikan tradisi terdahulunya. Namun ada fungsi hingga kualitas yang dijaga dan tidak bisa diperoleh dari spanduk buatan print digital.
Hartono menegaskan, ciri khas lukisan di spanduk tersebut asalnya memang dari Lamongan dan menurutnya usaha spanduk itu kualitas bukan kuantitas.
Selain itu tambah Hartono, tinta yang ia gunakan adalah tinta racikan sendiri, dari pigmen warna, perekat, dan extender-nya.
Racikan tersebut diklaim oleh Hartono, mampu bertahan 2-5 tahun jika dirawat dengan baik.
Pelanggan lukisan yang ia buat tersebar di berbagai daerah selain di Pulau Jawa, mulai Aceh, Jambi, Makassar, Soppeng, Bali, hingga NTT dan Timor Leste, pungkas Hartono.
Baca Juga Perajin Piala Kebanjiran Pesanan Di Momentum Kemerdekaan di https://www.kompas.tv/article/319190/perajin-piala-kebanjiran-pesanan-di-momentum-kemerdekaan
Editor Video & Grafis: Joshua Victor
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/319246/zaman-sudah-modern-mengapa-spanduk-pecel-lele-masih-pakai-kain-yang-dilukis