JAKARTA, KOMPAS.TV - Hingga saat ini, Kabupaten Malang mencatat 377 sapi suspek penyakit mulut dan kuku.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menyatakan hewan yang terjangkit penyakit mulut dan kuku dagingnya masih bisa dikonsumsi, kecuali jeroan atau organ dalamnya.
Warga tidak perlu khawatir terkait temuan kasus penyakit mulut dan kuku pada ternak sapi.
Ada sejumlah tanda gejala klinis pada hewan ternak yang terjangkit PMK dan perlu diperhatikan.
Di antaranya hipersaliva atau produksi air liur berlebih, pincang, pembengkakan kelenjar submandibular, sering berbaring, nafsu makan menurun, lepuh pada mulut dan teracak kaki, suhu tubuh sekitar 40-41 derajat celsius, dan produksi susu pada sapi perah menurun drastis.
Ya, masyarakat Indonesia kini dihebohkan dengan munculnya penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menjangkiti hewan ternak.
Di Lumajang, Jawa Timur, warga beramai-ramai mengevakuasi sapi yang mati akibat terjangkit wabah PMK.
Besarnya sapi menjadi kendala dalam proses evakuasi.
Sebagian sapi sempat membaik setelah terpapar PMK; namun, kemudian kondisinya memburuk dan mati.
Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Pontianak temukan sebanyak 34 ekor sapi suspek PMK di Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Hewan yang terindikasi terjangkit PMK merupakan sapi yang didatangkan dari luar Kalimantan Barat.
Pemkot Pontianak masih terus melakukan penelusuran kemungkinan masih adanya hewan ternak lain yang suspek.
Kompas TV akan membahasnya dengan sejumlah narasumber melalui sambungan telekonferensi, di antaranya Rochadi Tawaf selaku Pengamat Pertanian dan Peternakan UNPAD sekaligus Dewan Pakar DPP Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia; dan juga
Anggota Komisi IV DPR, Andi Akmal Pasluddin.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/291407/dari-mana-asal-penyakit-mulut-kuku-pada-ternak-ini-kata-pengamat