KOMPAS.TV - Pemecatan dokter Terawan Agus Putranto yang direkomendasikan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran IDI menimbulkan pro dan kontra.
Meski banyak yang mendukung metode terapi cuci otak yang dilakukan dokter Terawan, sejumlah kalangan menilai prinsip kedokteran berbasis penelitian yang ilmiah mutlak harus dijalankan.
Baca Juga Pilih Fokus Selesaikan Polemik Pemecatan Terawan, IDI Enggan Ambil Pusing Desakan dari Pihak Luar di https://www.kompas.tv/article/276917/pilih-fokus-selesaikan-polemik-pemecatan-terawan-idi-enggan-ambil-pusing-desakan-dari-pihak-luar
Dalam rapat dengar pendapat dengan komisi sembilan DPR 4 April lalu, Majelis Kehormatan Etik Kedokteran IDI menjelaskan, kelemahan dari penelitian dokter Terawan mengenai metode cuci otak pada tahun 2016 silam.
Kelemahan itu antara lain, penggunaan heparin untuk mencegah pembekuan darah, hingga ketiadaan uji pembanding sebagai kontrol terhadap penelitian.
Anggota MKEK IDI Rianto Setiabudy menduga ada tekanan eksternal sehingga disertasi dokter terawan di Universitas Hasanuddin diluluskan.
Universitas Hasanuddin yang meluluskan disertasi dokter Terawan bereaksi.
Direktur Komunikasi Unhas Suharman Hamzah membantah ada tekanan dalam kelulusan disertasi dokter Terawan.
Dalam program Rosi, Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo berpandangan meski dokter Terawan lulus disertasi, metode cuci otak yang ia gagas belum final sebagai metode yang bisa diterapkan kepada pasien.
Sementara guru besar fakultas kedokteran Universitas Diponegoro Zainal Mutaqqin menegaskan inovasi medis harus berbasis penelitian ilmiah.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/278035/majelis-kehormatan-etik-kedokteran-idi-duga-unhas-ditekan-luluskan-disertasi-terawan