YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, mencatat luncuran lava pijar Gunung Merapi sebanyak 7 kali dengan jarak luncur maksimum 1.800 meter ke arah barat daya, sejak Rabu (09/03) malam, hingga Kamis (10/03) dini hari.
Awan panas guguran juga kembali terjadi, dengan jarak luncur 2000 meter pada Kamis dinihari sebanyak 5 kali.
BPPTKG menyebut aktivitas Gunung Merapi melandai pada pukul 01.30 dini hari.
Akibat petistiwa ini juga memicu terjadinya hujan abu di sejumlah wilayah di Kabupaten Magelang dan Klaten Jawa Tengah.
Berdasar rilis BPPTKG, potensi bahaya guguran lava dan APG pada sektor selatan - barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh 5 kilometer, dan Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh 7 kilometer.
Baca Juga Pasca Erupsi Gunung Merapi, Warga dari Pengungsian Pilih Kembali ke Rumah di https://www.kompas.tv/article/269152/pasca-erupsi-gunung-merapi-warga-dari-pengungsian-pilih-kembali-ke-rumah
Sementara di sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh 3 kilometer, Sungai Gendol 5 kilometer.
Disamping itu, lontaran eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.
Saat ini Gunung Merapi berstatus siaga level tiga sejak 5 November 2020 lalu.
Pasca erupsi Merapi Rabu (09/03) malam dan Kamis dini hari, sejumlah wilayah di Magelang, Jawa Tengah, diguyur hujan abu vulkanik.
Menurut petugas pengamat Gunung Api Pos Babadan, guyuran hujan abu vulkanik bervariasi. Yang paling tebal sekitar 5 milimeter.
Hujan abu vulkanik berlangsung beberapa saat.
Namun Kamis (10/03) pagi, hujan abu vulkanik sudah tidak terjadi.
Petugas pos pengamat gunung api juga meminta masyarakat yang ada di lereng Gunung Merapi, untuk tidak panik dan meningkatkan kewaspadaan, serta selalu berkoordinasi dengan petugas terkait.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/269157/dampak-erupsi-gunung-merapi-tadi-malam-kabupaten-magelang-diselimuti-hujan-abu