KOMPAS.TV Tragedi tenggelamnya KRI Nanggala-402 ini menjadi pelajaran besar terutama dalam modernisasi Alutsista TNI.
Mantan Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi Tatang Kurniadi dan juga Pengamat Militer Fahmi Khairl dalam program Sapa Indonesia Akhir Pekan mengatakan, TNI harus memiliki Alutsista khusus untuk penyelamatan di laut.
Tragedi KRI Nanggala-402 ini jangan sampai terulang, cukup kali ini saja dengan gugurnya 53 para para patriot prajurit TNI Angkatan Laut.
Di balik insiden tersebut ada sejumlah pandangan bahwa musibah ini merupakan alarm bahwa Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) milik TNI perlu peremajaan.
Jurnalis Harian Kompas Edna Pattisina menyampaikan, dari tahun 1998 hingga sekarang anggaran pertahanan selalu dibawah 1% dari GDP (Gross Domestic Product), hal itu menunjukan bahwa komitmen politik masih kecil.
Anggota Komisi I DPR RI Muhammad Farhan mengatakan, kejadian Nanggala-402 tentu adalah tragedi yang sangat memilukan, namun perlu dicatat kecelakan kapal selam merupakan sesuatu yang sangat jarang.
Farhan menyebut, Duta Besar Uni Eropa menyatakan komitmennya untuk membantu penyelidikan atas kecelakaan KRI Nanggala-402.
Farhan juga menyampaikan, sebetulnya proporsi antara anggaran modernisasi Alutsita jauh lebih besar untuk kesejahteraan prajurit.
Hal tersebut juga sering diperdebatkan dalam rapat tertutup Komisi I DPR, antara dana kesejahteraan dan modernisasi.
Dalam pengolalaan dana dan APBN, Pengamat Militer dan Intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertapati menyebut, harus ada pengawasan ketat dari DPR.