JAKARTA, KOMPAS.TV - Pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG Malang, sebelumnya tidak mendeteksi aktifitas seismik di bawah permukaan tanah, maupun petir melalui lightning detector.
Namun, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, hari ini mengonfirmasi sumber dentuman itu, sebagai aktifitas petir di wilayah Jawa Timur.
Dentuman yang didengar warga malang disebabkan oleh thunderstorm alias petir. Fenomena itu merupakan hal yang biasa terjadi, kata Daryono seperti dikutip dari laman kompas.com.
Suara dentuman dari langit , juga seringkali dipicu fenomena skyquake atau gempa langit.
Skyequake dapat dipicu gelombang kejut dari meteor atau pesawat berkecepatan supersonic, efek radiasi matahari, atau erupsi gunung api dari kejauhan.
Sedikitnya 8 fenomena suara dentuman dari langit terjadi di Indonesia. Pada 11 April 2020, dentuman akibat aktitas ionosfer terdengar di langit Jabodetabek.
11 hingga 12 Mei, dentuman terjadi di Jawa Tengah, namun tidak terkait aktifitas seismik.
21 Mei 2020, suara dentuman terdengar di Bandung Jawa Barat, dan bukan akifitas gempa.
20 September 2020, dentuman akibat aktifitas petir di Gunung Salak Bogor, terdengar di Jakarta Selatan.
Lalu pada 24 januari 2021, suara dentuman terdengar di buleleng bali, yang diduga terkait benda langit.
Pada 28 Januari 2021, dentuman akibat dugaan benda langit atau meteorid terjadi di Lampung Tengah.
Warga Sukabumi, juga mendengar suara dentuman pada 30 Januari 2021.
Dan di Malang Jawa Timur pada 3 Februari 2021, yang sebelumnya diduga terkait shockwave dari meteorit, atau gunung api dan pesawat super sonic.
Objek antariksa asteroid yang lebih besar dari meteor juga menjadi perhatian.