BANJARMASIN, KOMPAS.TV- Sejak satu bulan terakhir gas elpiji bersubsidi ukuran 3 kilogram sulit didapat warga Kota Bamjarmasin, Kalimantan Selatan.
Warga mulai merasakan sulitnya gas tabung melon ini ditemukan di tingkat pangkalan.
Keresahan juga disusul turut melonjaknya harga gas elpiji di tingkat pengecer.
Harga elpiji di pengecer bahkan jauh lebih tinggi sari harga normal, dimana satu tabungnya dihargai 35 hingga 40 ribu rupiah.
Akibatnya, sejumlah warga yang keselitan memperoleh gas elpiji memilih untuk sementara beralih menggunaka minyak tanah untuk kebituhan memasak.
"Sementara ya pakai kompor minyak, ada kami siapkan paling satu liter minyak tanah untuk ganti gas elpiji sementara," ucap seorang warga, Musmulyadi.
Sementara pihak pangkalan gas elpiji menyatakan hingga kini tidak ada pengurangan suplai gas elpiji dari agen.
Adi Chandra, pemilik pangkalan menjelaskan, Dalam sepekan, pangkalan mendapatkan datang 400 hingga 450 tabung gas bersubsidi.
"Tidak dikurangi sama sekali, cuma mungkin kebutuhan atau permintaan masyarakat sangat tinggi," terang Adi.
Untuk antisipasi lonjakan permintaan, pangkalan gas elpiji berlakukan pembatasan pembelian.
Setiap pembeli, satu rumah tangga dibatasi hanya satu tabung, sementara untuk usaha kecil maksimal 2 tabung dengan harga sesuai harga eceran tertinggi yaitu Rp.17.500 pertabung.