Prihatin pada maraknya penebangan pohon, melecut semangat dua siswi SMA di Sulawesi Utara menciptakan kertas ramah lingkungan. Kertas berbahan dasar sabut kelapa ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya
tidak mudah robek dan bisa didaur ulang.
Friginia Oey dan Sabbathiiny Rumampuk adalah dua siswi SMA Unklab
Kabupaten Minahasa Utara, yang menciptakan kertas alternatif ramah
lingkungan.
Berawal dari kepedulian terhadap lingkungan, kedua sahabat ini
berupaya mencari solusi mengurangi penebangan pohon, yang menjadi bahan baku utama kertas.
Semangat yang tetap menyala, kedua siswi kelas 12 ini melakukan puluhan kali
eksperimen, hingga memakan waktu berbulan-bulan. Ketekunan dan jerih payah itu akhirnya membuahkan hasil dengan ditemukannya formula yang tepat untuk pembuatan kertas ramah lingkungan.
Keduanya menggunakan sabut kepala, tepung tapioca, dan cat pelapis
sebagai bahan baku kertas ramah lingkungan. Proses awal pembuatan
tiap helai kertas memakan waktu sekira 15 menit mulai dari tahap
pengolahan bahan hingga kemudian dimasak menggunakan kompor.
Bahan yang sudah dimasak kemudian dituang ke dalam wadah untuk proses pencetakan dan dikeringkan selama semalaman. Satu buah kelapa bisa memproduksi hingga 2 ribu helai kertas. Keunggulan kertas buatan dua siswa ini adalah tidak mudah robek, bisa didaur ulang dan anti air.
Kertas ramah lingkungan ini sudah dipraktikkan untuk pembuatan tempat
tissue, taplak meja, dan berbagai aksesoris rumah tangga lainnya.
Hasil karya ini juga mengantarkan keduanya meraih juara 1 lomba
parade cinta tanah air tingkat sma se-Sulawesi Utara.
Selain akan mengikuti lomba serupa tingkat nasional, Friginia dan
Sabbathiny kini juga disibukkan untuk mengurus hak paten atas produk
yang mereka ciptakan.
Keduanya berharap kertas ramah lingkungan bisa menjadi solusi untuk
mengurangi penebangan pohon yang berimbas pada rusaknya hutan
Indonesia.