Unjuk rasa menentang hasil keputusan Pemilu berlangsung beberapa jam setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasilnya pada Selasa, 21 Mei dini hari. Sekelompok massa yang mengatasnamakan Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat (GNKR) langsung menggelar aksi damai di depan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Mereka pun lantas membubarkan diri pada pukul 21.00 WIB. Namun beberapa saat setelah massa ini bubar, kerusuhan terjadi. Sekelompok massa perusuh datang, memprovokasi aparat hingga membuat keonaran di sejumlah titik di Jakarta Pusat.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian bersama Menkopolhukam Wiranto menerangkan dalam jumpa persnya pada Rabu 22 Mei lalu bahwa ada tiga kelompok massa perusuh yang teridentifikasi, kelompok preman bayaran, sosok penembak jitu dan gerakan radikal. Dari ketiga kelompok ini, setidaknya sudah 452 orang ditahan dan mayoritas berasal dari luar Jakarta.
Aiman mendapatkan data, bahwa pergerakan mereka Rapi dan Terencana!
Sebagian dari mereka datang dengan menggunakan moda transportasi umum, kereta listrik Commuter Line dan turun di Stasiun Tanah Abang. Sementara sisanya didatangkan menyamar dan mengelabui petugas dengan menggunakan mobil ambulan. Kelompok ini turun di depan gedung Bawaslu dan kawasan Gambir, sebelum beraksi rusuh.