SEMARANG, KOMPAS.TV - Warga Bangetayu Kota Semarang, Jawa Tengah, Yunita Safitri merintis usaha bandeng presto rumahan.

Idenya berawal saat suaminya menjadi korban pemberhentian kerja atau PHK akibat pandemi covid-19.

Saat itu Yunita Safitri, mulai merintis usahanya dengan menggunakan alat seadanya dan memasarkan produknya melalui media sosial.

Banyak tantangan saat awal merintis, seperti banyaknya persaingan.

Walau demikian Yunita tetap tekun mengembangkan produk bandeng presto olahannya.

Baca Juga Jamu Kekinian dengan Enam Varian Rasa, Wajib Jadi Wishlist Kuliner Anda! di https://www.kompas.tv/article/384701/jamu-kekinian-dengan-enam-varian-rasa-wajib-jadi-wishlist-kuliner-anda

Berkat ketekunannya, kini olahan bandeng presto miliknya yang diberi nama Bandeng Presto Blendug diminati hingga mancanegara, dari Hong Kong, Tiongkok, Jepang, Malaysia, dan Singapura.

Bandeng Presto Blendug diolah tanpa menggunakan MSG, pengawet maupun pewarna, sehingga bisa dikonsumsi oleh semua kalangan.

Meskipun tanpa pengawet, olahan bandeng ini bisa bertahan selama 14 hari, dan di dalam lemari pendingin selama dua bulan lebih.

Bandeng Presto Blendug dijual di sejumlah toko oleh-oleh Kota Semarang.

Dalam sebulan, bandeng presto olahan Yunita bisa terjual hingga 2.000 pack dengan omzet mencapai Rp30 juta.


Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/385349/suami-kena-phk-akibat-pandemi-istri-rintis-bisnis-bandeng-presto-rumahan