Perlunya Transparansi Kasus Novel Baswedan

TempoVideo 2022-11-18

Views 21.5K

TEMPO.CO - Penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan jauh dari kata tuntas, meski polisi telah menahan dua tersangka pada 26 Desember lalu. Tanpa penjelasan yang masuk akal, langkah kepolisian itu justru memantik pertanyaan baru.

"Babak baru" ini datang hampir tiga tahun setelah peristiwa pada 11 April 2017 subuh itu. Kala itu, Novel disiram air keras oleh dua orang yang berboncengan sepeda motor. Mata penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi yang memimpin pengungkapan sejumlah perkara besar itu rusak. Ia perlu menjalani perawatan hingga satu tahun di Singapura.

Pemerintah membentuk tim pencari fakta untuk menyelidiki teror itu. Presiden Joko Widodo memberi waktu dari 8 Januari hingga 7 Juli 2019 untuk mereka. Anggotanya 65 orang, termasuk para jenderal kepolisian. Habis masa tugasnya, kepolisian lalu membuat "tim teknis" dengan dipimpin oleh Idham Azis yang kemudian menjadi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. Tim ini pun gagal menghasilkan sesuatu.

Tiga puluh bulan lebih tak ada perkembangan, kepolisian mengumumkan dua tersangka penyerang Novel dengan inisial RB dan RM. Informasi yang dirilis polisi tak terlalu jelas. Satu versi menyebutkan mereka ditangkap. Versi lain menyatakan dua tersangka itu menyerahkan diri. Pengumuman dilakukan setelah beberapa hari sebelumnya Presiden Jokowi; Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md.; juga mantan Kepala Badan Intelijen Negara, A.M. Hendropriyono, memberikan "bocoran" bahwa polisi telah memiliki kesimpulan.


Secara normatif, semua pihak memang perlu memberi kesempatan kepada kepolisian untuk membuktikan sangkaannya. Mereka harus menyusun bukti-bukti kuat, meski para tersangka disebutkan telah mengakui perbuatannya. Seorang tersangka bahkan secara demonstratif meneriakkan "Novel pengkhianat" sebagai alasan ia tak suka terhadap mantan anggota kepolisian itu.

Pada saat yang sama, kepolisian perlu bersikap transparan untuk menjawab keraguan kalangan aktivis antikorupsi tentang penangkapan dua tersangka itu. Langkah paling mudah, kepolisian perlu menjelaskan proses penahanan mereka: ditangkap atau menyerahkan diri? Informasi awal pengakuan keduanya bisa juga diumumkan.
Pernyataan bahwa tersangka menyerang Novel dengan motif pribadi agak sulit diterima. Motif itu akan menghentikan perkara hanya pada tersangka. Padahal, kuat dugaan penyerangan Novel melibatkan sejumlah pihak. Sebab, berdasarkan keterangan para saksi, teror ini didahului kedatangan beberapa orang ke lokasi yang diduga sebagai bagian dari persiapan. Novel pun telah berkali-kali menerima ancaman, antara lain ketika sepeda motornya ditabrak oleh mobil berkecepatan tinggi. Tim gabungan bentukan polisi pun menyimpulkan serangan terhadap Novel berhubungan dengan pekerjaannya sebagai penyidik KPK.

Apa boleh buat, kepercayaan publik terhadap hasil penyelidikan polisi ini tidak terlalu tinggi. Salah satu penyebabnya bisa jadi penolakan pemerintah untuk membentuk tim independen pencari fakta. Sejak awal, kelompok antikorupsi mengungkapkan pentingnya pembentukan tim yang tidak hanya melibatkan kepolisian. Presiden tak kunjung memenuhi tuntutan ini.

Jelas, penangkapan dua tersangka penyerang Novel perlu diikuti penjelasan yang masuk akal dari kepolisian.

Subscribe: https://www.youtube.com/c/tempovideochannel

Official Website: http://www.tempo.co
Official Video Channel on Website: http://video.tempo.co
Facebook: https://www.facebook.com/TempoMedia
Instagram:https://www.instagram.com/tempodotco/
Twitter: https://twitter.com/tempodotco
Google Plus: https://plus.google.com/+TempoVideoChannel

Share This Video


Download

  
Report form