SEMARANG, KOMPAS.TV - Pemandangan tak biasa terlihat di Jalan Kompol R. Soekamto, Sambiroto, Kota Semarang, Jawa Tengah. Sebanyak empat angkutan kota jurusan Johar-Kedungmundu ngetem sambil menunggu penumpang di pinggir jalan. Menurut sejumlah sopir angkot, biasanya angkutan kota lalu lalang di daerah ini.
Namun, sejak harga BBM naik, mereka mengurangi mobilitas dan memilih menunggu penumpang agar lebih hemat BBM. Selain itu, jumlah penumpang juga semakin berkurang. Padahal, dengan kenaikan harga BBM ini, kocek yang harus dikeluarkan para sopir angkot semakin bertambah.
Sementara itu, dengan sepinya penumpang, otomatis pendapatan mereka semakin menurun. Apalagi para sopir ini belum berani menaikkan tarif angkutan karena harus menunggu keputusan dari Organisasi Angkutan Darat (Organda). Kini, jangankan untuk mendapatkan penghasilan yang memadai, untuk menutup setoran yang jumlahnya Rp 70.000 perhari saja dirasa berat.
"Sedangkan kita kan harus menanggung dua mba, yang satu bensin, yang satu setoran," ujar Agung Mustari, Sopir Angkutan Kota.
"Saya engga pernah ngetem gini, biasanya jalan terus mba. Iya, karena sepi mba, engga ada penumpangnya," ujar Pak Ndut, Sopir Angkutan Umum.
Saat ini, tarif yang berlaku masih tarif lama. Untuk jarak dekat tarif umum hanya Rp 3000, sementara untuk jarak jauh antara Rp 4000 hingga maksimal Rp 6000. Untuk tarif pelajar masih Rp 2000.
#bbmnaik #sopirangkot #semarang
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/326362/dampak-kenaikan-bbm-sopir-angkot-di-semarang-minta-tarif-naik