PEKALONGAN, KOMPAS.TV - Rencana kenaikan harga BBM bersubsidi jenis solar dan pertalite tak hanya berdampak pada sektor rumah tangga, namun juga sektor perikanan dan kelautan. Ribuan nelayan bahkan terancam tidak bisa melaut jika harga BBM subsidi jenis solar naik.
Seperti di alur dermaga muarareja Kecamatan Tegal barat kota Tegal, senin siang. Ribuan nelayan di Tegal, saat ini tengah menghadapi masa paceklik, yakni hasil tangkapan sedikit dan harga jual ikan dan sejenisnya murah.
Di tengah masa paceklik, nelayan justru dikagetkan dengan rencana pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi. Padahal BBM solar menyumbang 70 persen dari biaya perbekalan kapal saat berangkat. Sehingga, jika BBM solar naik, mereka terancam tidak bisa melaut.
Khaidi, salah seorang nelayan mengaku ia setiap hari mencari ikan bersama seorang temannya, dengan kebutuhan BBM solar subsidi 20 hingga 25 liter perhari atau sekitar Rp 110.000 per jerigen. Namun, saat pulang hasil tangkapan hanya laku dijual Rp 300 ribu rupiah. Itupun belum dipotong perbekalan lainnya. Sehingga penghasilannya tidak menentu, kadang ia pun merugi karena harga ikan yang murah.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia, Jawa Tengah, Riswanto mengatakan di Jawa Tengah, baik di pantai utara maupun selatan terdapat 25.841 kapal nelayan dibawah 30 gross ton yang akan terdampak kenaikan harga BBM bersubsidi. Solar subsidi digunakan sebagian besar nelayan pantura sementara pertalite digunakan nelayan pantai selatan.
Nelayan berharap pemerintah meninjau ulang kenaikan harga BBM subsidi. Khusus untuk skema nelayan agar dipastikan bahwa mereka mendapatkan akses BBM bersubsidi untuk kelangsungan usaha sektor kelautan dan perikanan di skala nelayan kecil.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/323951/bbm-kembali-naik-ribuan-nelayan-terancam-tak-bisa-melaut