KARANGASEM, KOMPAS TV - Desa Adat Tenganan Pegeringsingan yang berada di Kecamatan Manggis, Karangasem, Bali, merupakan salah satu desa Bali kuno atau Bali Aga. Desa ini menyimpan budaya dan tradisi unik. Salah satunya adalah Tradisi Maling-Malingan. Tradidi maling-malingan merupakan tradisi warisan leluhur, dimana maling dalam bahasa Bali, berarti mencuri. Tradisi yang digelar setiap satu tahun sekali ini bertujuan untuk memberikan pelajaran dan cerminan bagi generasi muda akan dampak negatif dari pembuatan mencuri.

Tradisi turun temurun ini diawali dari aksi dua pemuda mencuri daging babi yang digantung di balai agung. Setelah kedapatan mencuri, mereka kemudian dikejar dan ditangkap oleh warga setempat. Selanjutnya, untuk memberikan hukuman, pemuda dihias sedemikian rupa menggunakan daun pisang, serta hasil curian daging pun diikat di bagian tangan dan kaki. Selanjutnya, para pencuri langsung diarak mengelilingi desa, agar diketahui oleh banyak orang. Tradisi ini pun mengajarkan untuk tidak mencuri, karena hal tersebut salah, dan mencuri merupakan perbuatan yang tidak baik. Tradisi maling-malingan ini juga mendapat antusias dari wisatawan yang berkunjung ke Desa Adat Tenganan.

Bendesa Adat Tenganan Pegeringsingan menjelaskan, tradisi maling-malingan digelar pada sasih atau bulan kelima, kalender Tenganan Pegeringsingan dalam Ngusaba Sambah. Saat mengarak juga ada pantangan yang di tidak boleh dilakukan, dimana semua hiasan seperti daging tidak boleh ada yang jatuh maupun hilang,karena itu merupakan pesan moral untuk menjaga apa yang kita dapatkan. Namun jika ada yang jatuh maka akan dikenakan sanksi sesuai aturan berlaku.

Tradisi maling-malingan ini wajib digelar warga Desa Adat Tenganan Pegeringsingan, sebelum digelar puncak Ngusaba Sambah atau Perang Pandan.















#desatenganan #tradisimalingmalingan #karangasem



Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/303634/tradisi-maling-malingan-di-desa-tenganan-karangasem