KOMPAS.TV - Tetap bertahan di tempat aman, menunggu di posko pengungsian, seperti yang dilakukan pengungsi penyandang tunanetra.
Hidup sebatang kara, kini Nenek Karsanah harus bersabar bertahan di posko pengungsian, karena rumah yang menjadi harta satu-satunya rusak disapu hujan abu vulkanik.
Saat guguran awan panas Semeru terjadi pada Sabtu lalu (04/12), Nenek Karsanah hanya membawa tongkat dan baju yang melekat di badan ketika para tetangga membantunya pergi untuk menyelamatkan diri.
Kini, bersama ratusan warga lainnya, Nenek Karsanah bertahan hidup di posko pengungsian SMP Negeri 2 Pronojiwo hingga situasi benar-benar aman.
Baca Juga Belum Aman, Aktivitas Vulkanik Gunung Semeru Masih Fluktuatif di https://www.kompas.tv/article/239967/belum-aman-aktivitas-vulkanik-gunung-semeru-masih-fluktuatif
Sementara, kondisi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, pada Rabu pagi masih fluktuatif. Meski begitu, sejak Selasa malam hingga Rabu pagi, tidak terpantau awan panas guguran.
Hal ini berbeda dengan hari sebelumnya, awan panas guguran terpantau sebanyak empat kali.
Rabu pagi ini (08/12), Gunung Semeru terlihat jelas dari daerah Desa Sumbermujur dan Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.
Dari atas puncak kawah terlihat hembusan asap berwarna putih kelabu dengan ketinggain sekitar 300 hingga 500 meter.
Untuk aktivitas kegempaan, hari ini hanya terpantai 17 kali gempa hembusan. Sementara untuk kegempaan lain, masih belum terpantau.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/239975/ini-kisah-nenek-tunanetra-hidup-seorang-diri-di-posko-pengungsian-akibat-bencana-semeru