SEMARANG, KOMPAS.TV - Ditemui di Kampus Undip Tembalang Semarang, pengamat politik Teguh Yuwono menilai, dibutuhkan kedewasaan berpolitik dalam mengelola konflik internal. Persoalan internal tidak keluar dari partai politik, sehingga tidak menganggu silaturahmi dan menimbulkan kegaduhan.
Teguh menyayangkan munculnya istilah-istilah binatang, seperti banteng, celeng, dan bebek. Jangan sampai adanya konflik personal atau internal mendapat sorotan yang tidak baik dari publik.
Langkah ketua umum dengan melarang kader untuk membicarakan masalah pilpres dinilai Teguh akan ditaati oleh kadernya. Perseteruan di tubuh PDIP terkait pilpres ini bisa berdampak positif dan negatif.
"Pengaruhnya tentu bisa positif, bisa negatif. Positifnya itu mungkin kemudian memperkuat soliditas partai politik, memperkuat ikatan partai politik. Tapi bisa juga kemudian, sisi negatifnya adalah menjadi kontraproduktif untuk PDIP. Orang akan mengatakan kalo begitu demokrasi, kebebasan pendapat di PDIP belum dikembangkan. Tetapi PDIP kan punya budaya politik sendiri, yang mengatakan bahwa seluruh proses yang berhubungan dengan kepemimpinan nasional itu hak prerogatif ketua umum. Nah kalo orang sekarang menjadi bagian dari partai politik ya harus loyal terhadap itu," tutur Teguh.
Sebelumnya, Ketua DPD PDIP Jateng sekaligus Bappilu PDIP Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul, mengatakan kader yang tidak segaris atau satu barisan bukan lagi banteng melainkan celeng. Pernyataan bambang untuk mengingatkan kepada kader agar berada di satu barisan, karena sebelumnya terindikasi, ada kader PDIP yang mendukung dan menghadiri deklarasi yang mengusung Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024.
#pdip #teguhyuwono #pengamatpolitikundip
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/221207/dampak-konflik-pdip-bisa-postif-dan-negatif