SUKABUMI, KOMPAS.TV - Seorang guru honorer di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, terpaksa beralih profesi menjadi pedagang asongan berjualan permen jahe dari bus ke bus.
Herman, warga Kampung Kamandoran, Desa Karang Tengah, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, terlihat gigih menjajakan dagangannya di persimpangan Jalan Cibadak.
Permen jahe satu bungkusnya dihargai Rp 3.000,- kepada para penumpang. Satu persatu permennyapun di simpan di jok penumpang dengan harapan bisa dibeli oleh penumpang tersebut.
Ia terpaksa banting stir semenjak tahun 2019 profesinya sebagai pengajar ekskul pencak silat di beberapa sekolah dasar sudah tidak bisa dijalankan karena pihak sekolah tidak bisa membayar gajinya akibat terdampak pandemi Covid-19.
Sementara itu saat ini Herman harus menghidupi keluarganya dengan 4 orang anak yang masih bersekolah.
2 diantaranya yang duduk di bangku SMA dan SMP swasta harus putus sekolah karena sudah tidak bisa membiayai.
Bebannyapun kembali bertambah saat 2 anak yang paling kecil yang duduk di sekolah dasar dan SMP negeri harus belajar daring karena harus membeli kuota dan HP.
Waktu jualan Herman pun akhirnya tersita karena sebelum dan setelah berjualan ia harus mengajar anaknya secara mandiri di rumahnya supaya tidak ketinggalan pelajaran.
Kini Herman hanya bisa pasrah dan berdoa pandemi ini bisa cepat berakhir dan ia kembali bisa mengajar.
Sementara itu berdasarkan informasi dari Front Pembela Honorer Indonesia, saat ini ada sekitar 4.000 lebih guru honorer yang mengajar di sekolah dasar di wilayah Sukabumi dan ada banyak guru honorer kehilangan penghasilannya akibat terdampak pandemi.
Meski Pak Herman adalah guru pengajar ektrakurikuler dan tidak terdata Didapodik, namun jabatannyapun sama adalah seorang guru yang bisa membawa murid didikannya berprestasi.
Menurutnya Herman adalah salah satu sebagian kecil guru honorer yang kesusahan akan kebutuhan ekonominya yang harus dibantu oleh pihak berwenang.