BALI, KOMPAS.TV - Jika saat ini sedang viral mengenai mural kritik masyarakat terhadap pemerintah yang dihapus, hal yang berbeda terjadi di Kabupaten Klungkung, Bali.
Pemerintah Kabupaten Klungkung sengaja melukis mural pada tembok sebagai kritik dan pengingat agar warga bertanggung jawab terhadap sampah.
Tembok pembatas tempat olah sampah setempat atau TOSS di Desa Kusumba, Klungkung, Bali, kini cantik. Lukisan yang mengandung pesan itu membuat warga hampir lupa bahwa di balik tembok ini ada kegiatan pengolahan sampah.
Baca Juga Penampakan Sampah Menggunung di Pasar Gedebage, Begini Kata Perumda Pasar Juara Kota Bandung di https://www.kompas.tv/article/207628/penampakan-sampah-menggunung-di-pasar-gedebage-begini-kata-perumda-pasar-juara-kota-bandung
Kritik dan ajakan peduli sampah disampaikan melalui gambar dan narasi tentang dampak buang sampah terhadap lingkungan, cara mengelola sampah di tingkat rumah tangga, hingga tempat pembuangan sampah dan memanfaatkan sampah menjadi pupuk.
"Jadi berbagai macam edukasi yang kami lakukan untuk mendidik masayrakat, mengajak mastarakt bagaimana bahaya sampah dan apa yg harus dilakukan. Di sepanjang tembok TOSS center ini sengaja kami buatkan mural sifatnya edukasi dan sampaikan pesan bagaimana bahaya sampah dan apa yang harus dilakukan. Mari kita bersama-sama tuntaskan sampah ini agar lingkungan seperti ini, tidak pelru hayalan bisa kita lakukan," kata Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta.
Ide membuat mural ini berawal dari kegelisahan warga melihat TOSS yang kumuh. Keluhan ini pun direspons dengan mengundang sejumlah seniman mural untuk melukis dengan pesan kepedulian pada lingkungan.
Baca Juga Meski Telah Dihapus, Satpol PP Tetap Cari Pembuat Mural Mirip Jokowi di Kebagusan Jaksel di https://www.kompas.tv/article/207429/meski-telah-dihapus-satpol-pp-tetap-cari-pembuat-mural-mirip-jokowi-di-kebagusan-jaksel
Mural yang mempercantik desa ini disambut baik oleh warga. Warga juga merasa selalu diingatkan untuk mengolah sampah sejak dari rumah.
Tempat olah sampah setempat yang berdiri di lahan 4 hektar ini awalnya adalah lokasi wisata edukasi pengelolaan sampah. Ketika pandemi melanda dan tidak ada kunjungan, pengelolaan sampah masih tetap berjalan.