Badan Siber RI Angkat Bicara Soal Dugaan Kebocoran Data 1,3 Juta Pengguna Aplikasi eHAC Kemenkes

KompasTV 2021-09-01

Views 75

KOMPAS.TV - Para periset di VPN Mentor mengungkap adanya dugaan kebocoran data pribadi yang terjadi di aplikasi test dan pelacakan covid-19, Electronic Health Alert card atau eHAC yang dibuat Kementerian Kesehatan.

Diduga data yang bocor milik 1,3 juta pengguna.

Aplikasi ini wajib digunakan oleh orang yang memasuki Indonesia atau mereka yang bepergian domestik untuk memastikan mereka tidak membawa virus corona.

eHAC diunduh ke ponsel pengguna dan menyimpan status kesehatan terkini.

Adapun informasi pengguna yang diduga bocor di eHac meliputi data hasil covid-19, seperti kartu indentitas pelaku perjalanan, indentitas rumah sakit hingga hasil test covid.

Dugaan kebocoran juga mencakup data dari 226 rumah sakit dan klinik di Indonesia, seperti data rincian umah sakit hingga nama dokter yang menangani calon pelaku perjalanan.

Identitas pengguna diduga bocor, seperti detil pelaku perjalanan seperti nama lengkap, nomor telepon dan nomor KTP atau paspor.

Kemarin (31/8) Kementerian Kesehatan membenarkan adanya dugaan kebocoran data pengguna di aplikasi eHAC.

Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes, Anas Ma'ruf menyebut data yang bocor terjadi di aplikasi yang lama bukan pada eHAC yang terintegrasi dengan aplikasi Peduli Lindungi.

Anas menyebut dugaan kebocoran data ini terjadi di aplikasi eHAC yang lama. Dan kini, ia mengabarkan bahwa aplikasi tersebut sudah tak lagi digunakan sejak 2 Juli 2021.

Kemenkes saat ini menggunakan aplikasi eHAC baru yang sudah terintegrasi.

Anas mengatakan sistem yang diaplikasi pada eHAC yang baru sangat berbeda dengan aplikasi eHAC yang lama. Perbedaan ini, kata Anas terletak pada infrastrukturnya.

Sementara itu, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyebutkan kejadian menyangkut eHAC bukan kebocoran data. Namun ini disebut sebagai pertukaran informasi pada pihak yang memiliki perhatian akan kerentanan aplikasi tersebut.

Simak pembahasannya bersama Juru Bicara BSSN, Anton Setiawan serta Pengamat Keamanan Siber dari Communication and Information System Security Research Center, Pratama Dahlian Persadha.


Share This Video


Download

  
Report form