BALI, KOMPAS.TV Momen dewasa ayu dan rerahinan masih menjadi peluang bagi pelaku usaha kerajinan sanggah . Kendati digempur persaingan yang ketat, kerajinan sanggah termasuk produk kerajinan prospektif dan banyak dicari.
Pengelola toko kerajinan sanggah di kawasan Desa Kapal- Mengwi, Badung, Artha mengatakan, perkembangan usaha kerajinan sanggah masih prospektif sampai saat ini. Dari segi transaksi tetap ada berdatangan karena sanggah diperlukan masyarakat di Bali.
Dari segi desain, kerajinan sanggah juga mengalami perkembangan. Bahan baku dan teknik ukiran juga ikut berkembang, kendati tidak meninggalkan pakem sesuai lontar.
Alasan ini pula menjadikan kerajinan sanggah dapat bertahan sampai saat ini. Setiap tahun selalu ada inovasi baru sesuai permintaan konsumen.
"Desa Kapal sudah terkenal sebagai sentra perajin sanggah di Bali, sehingga banyak pemesanan dari luar daerah berdatangan. Pasar bisa datang dari Tabanan, Denpasar, Badung, Jembrana, dan lainnya," ujarnya.
Menurut dia, berbagai jenis sanggah ditawarkan perajin. Umumnya yang banyak digunakan di merajan perumahan seperti padmasana, tugu, sanggah rong dua, kemulan, catu, lumbung, piasan dan aneka candi. Harga yang ditawarkan relatif terjangkau.
"Harga tidak bisa dipatok pasti karena berkaitan dengan sarana upacara. Harga sesuai kesepakatan antara pembeli dan penjual mulai ratusan ribu hingga jutaan," ungkapnya.
Bahan baku pembuatan kerajinan sanggah sendiri, kata dia, makin banyak sesuai inovasi perajin. Kerajinan sanggah mulai menggunakan beton, batu lahar, paras dan batu taro. Ada pula sanggah berbahan kayu dengan kombinasi beton.
"Untuk sanggah kayu umumnya bahan pilihan mulai kamboja, jati, cempaka, atau bahan lain namun jaton tidak boleh ditinggalkan seperti kayu majegau," katanya.