KOMPAS.TV - Permintaan oksigen terus melambung tinggi seiring lonjakan pasien covid-19 yang membutuhkan perawatan intensif.
Di Jawa Tengah, merupakan wilayah yang saat ini menghadapi krisis lonjakan pasien dan kelangkaan oksigen sejak awal Juni.
Kepolisian Daerah Jawa Tengah menduga kelangkaan dan kenaikan harga oksigen ini dipicu penimbunan pihak yang berusaha mencari untung lebih di tengah situasi darurat.
Kelangkaan oksigen dapat memicu kasus kematian pasien.
Saat kasus kematian akibat covid-19 mencapai rekor tertinggi 1.040 pada 7 Juli lalu, Jawa Tengah menjadi daerah tertinggi sebesar 480 dan disusul DKI Jakarta 142 dan Jawa Timur sebanyak 155 kasus kematian.
Hari ini (9/7) dengan penambahan kasus baru sebanyak 38.124, DKI Jakarta berada di urutan pertama dengan kasus 13.112, Jawa Barat 7.399 dan Jawa Tengah di urutan ketiga sebanyak 4.530.
Di Kabupten Rembang Jawa Tengah, tingginya permintaan oksigen diakui salah satu distributor yang memasok sejumlah rumah sakit dan puskesmas.
Bahkan sejak awal Juni, permintaan oksigen melonjak hingga tiga kali lipat.
Di Semarang, pihak Rumah Sakit KRMT Wongsonegoro, mengantisipasi lonjakan kebutuhan oksigen dengan mendatangkan pasokan oksigen dari dua wilayah, yakni Jateng dan Gresik Jawa Timur.
Wakil Direktur Umum dan Keuangan Rumah Sakit Wongsongeoro Eko Krisnarto mengakui rata-rata pasien yang masuk ke IGD setiap hari mengalami penurunan kadar oksigen darah, memicu tingginya kebutuhan oksigen.
Kelangkaan dan kenaikan harga oksigen di Jawa Tengah memaksa Pemprov Jawa Tengah membentuk satgas oksigen untuk memastikan keamanan pasokan di semua rumah sakit dan puskesmas.
Kejahatan penimbunan dan penjualan oksigen di atas harga eceran tertinggi di tengah kondisi darurat covid-19 terancam hukuman berat denda hingga 2 miliar rupiah dan kurungan penjara maksimal 6 tahun.