KOMPAS.TV - Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie adalah Presiden Ketiga RI yang menjabat sejak 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999.
Lahir di Pare-pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936, Habibie merupakan putra dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo.
Sepeninggal ayahnya, tahun 1954 Habibie berkuliah di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang ITB). Ia lalu melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang di RWTH Aachen, Jerman Barat.
Habibie dikenal sebagai seorang profesor dan ilmuwan dalam teknologi aviasi internasional, dan satu-satunya presiden Indonesia berlatarbelakang teknokrat.
Namanya melekat jadi nama teorema di bidang termodinamika, yaitu Teorema Habibie (Crack Propagation Theory) mengenai formulasi perhitungan matematis untuk menemukan potensi rekahan (crack) pada kerangka badan pesawat.
Pada 1973, Habibie diminta Soeharto pulang ke Indonesia. Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sejak tahun 1978 sampai Maret 1998.
Di tengah situasi politik dan ekonomi yang kacau balau, Habibie diangkat menjadi presiden Indonesia menggantikan Soeharto.
Meski singkat, masa pemerintahannya krusial. Kebebasan pers lahir di masa pemerintahan Habibie dengan terbitnya UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers. Ia juga memprakarsai Bank Indonesia (BI) yang independen.
Di era pemerintahannya, Habibie berhasil melaksanakan Pemilu 1999, pemilu demokratis pertama pasca orde baru yang diikuti 48 parpol dengan tingkat partisipasi pemilih mencapai lebih dari 92 persen.
Namun pemerintahannya dikritik keras karena lepasnya Timor Timur dari Indonesia. Pada Sidang Umum 1999, Habibie memutuskan tidak mencalonkan diri lagi sebagai presiden setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.
Habibie meninggal dunia pada 11 September 2019, dan dimakamkan di samping istrinya yaitu Hasri Ainun Besari di Taman Makam Pahlawan Kalibata.(*)
Grafis: Arief Rahman