Menyambut hadirnya bulan suci Ramadan, tradisi dugderan di Kota Semarang kembali digelar secara sederhana dan terbatas. Dugderan ditandai dengan pemukulan beduk oleh Wali Kota Semarang dan pertunjukan drama kolosal tradisi dugderan.
Tahun ini tradisi dugderan diselenggarakan secara sederhana di tengah pandemi COVID-19. Tradisi turun-temurun ini sebagai pertanda akan dilaksanakannya puasa Ramadan yang biasanya digelar secara meriah disertai arak-arakan dan menjadi tontonan ribuan masyarakat.
Prosesi dugderan digelar di hall Kantor Balai Kota Semarang, di mana Wali Kota Semarang berperan sebagai Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat melakukan pemukulan beduk. Selain itu juga ditampilkan drama kolosal dugderan yang berisikan tentang mainan-mainan yang selalu ditunggu anak-anak saat menjelang puasa. Tak hanya itu, turut ditampilkan akulturasi budaya yang ada di Kota Semarang.
Setelah prosesi di Balai Kota Semarang, prosesi berpindah ke Masjid Agung Kauman dengan membawa sejumlah hantaran berupa replika Masjid Kauman Semarang, serta sejumlah kue makanan khas Kota Semarang seperti roti ganjel rel. Dalam prosesinya, wali kota bertemu dengan beberapa kiai dan Takmir Masjid Kauman menerima suhuf halaqoh atau pengumuman ketentuan dimulainya bulan puasa untuk diumumkan kepada masyarakat. Usai diumumkan, prosesi diakhiri dengan pemukulan beduk sebagai tanda dimulainya puasa Ramadan.
Sambut Ramadan, Tradisi Dugderan di Semarang Digelar Sederhana dan Terbatas