JAKARTA, KOMPASTV - Siapa sih yang tak kangen mudik lebaran? Bertemu sanak saudara, mengunjungi tempat pariwisata. Tradisi bertahun tahun yang sudah turun temurun, mendadak sirna gara-gara pandemi. Tahun lalu, lebaran syahdu harus dilewati tanpa gegap gempita. Padahal di 2019, ada 3,4 juta keluarga dari jabodetabek yang mudik. Tahun in, nampaknya mengulang tahun 2020. Tak akan ada cerita mudik lebaran karena pandemi belum terkendali.
Kami pakai data sebelum pandemi, bagaimana dahsyatnya uang yang mengalir ke daerah dibawa pemudik. Kementerian perhubungan menghitung setidaknya ada 10,3 triliun uang yang mengalir ke daerah, sedangkan kadin 9,7 triliun rupiah. Belum lagi di waktu yang sama, berdasarkan data kementerian keuangan, total thr untuk aparatur sipil negara, tni, polri dan pensiunan mencapai 20 triliun rupiah. Uang ini juga dipakai pemudik untuk mengunjungi tempat pariwisata sejalur dengan tujuan pulang. Momentum pergerakan ekonomi yang tak terjadi tahun ini.
Larangan mudik ini mengacu pada pengendalian pandemi. Tak ingin angka positif Covid-19, kembali mendaki di semua penjuru wilayah. Data hari ini 30 maret, positif covid mencapai 1.505.775 orang.
Sedangkan vaksinasi 10,707.951 per 29 maret, semakin cepat proses vaksinasi, pemulihan ekonomi diyakini bisa ngebut.
Mudik, pariwisata, pandemi seakan tarik ulur lebih dari satu tahun ini. Lalu bagaimana sektor pariwisata merespons larangan mudik? Bagaimana pandangan epidemiolog, atas kebijakan pemerintah ini?