JAKARTA, KOMPASTV - Rasialisme tak kunjung henti di pelbagai belahan bumi, tak terkecuali di negeri ini. Baru-baru ini korbannya adalah seorang pesepabola asal Nabire, Papua yang kini tengah bermain untuk PSM Makassar, Patrich Wanggai. Satu golnya yang membantu berikan kemenangan ketika bersua Persija Jakarta membuat oknum-oknum tak bertanggung jawab meradang, hingga berikan komentar-komentar rasis di media social pribadi milik sang pemain yang pernah membela tim nasional Indonesia ini.
Kalau mau jujur, kasus rasialisme sesungguhnya terpampang nyata di mata kita semua. Paham yang menganggap ras lain lebih rendah daripada rasnya sendiri ini, diyakini merupakan peninggalan jaman kolonial. Dimana penjajah memiliki kepentingan menciptakan strata golongan, sehingga memberikan keuntungan bagi diri mereka. Namun bukankah penjajahan telah usai 76 tahun yang lalu? Tapi kenapa hingga detik ini, diskriminasi seakan seperti penyakit menular yang masih saja terjadi? Benarkah hal ini memang sengaja dilanggengkan demi keuntungan suatu golongan? Lalu bagaimana para pihak terkait menyikapi rasialisme ini?
Simak tuturan Budiman Dalimunthe (Ketua Divisi Pembinaan Suporter & Fans Club PSSI), Sulaiman Karim (Media Officer PSM Makassar), Usman Hamid (Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia) dan Rukka Sombolinggi (Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) bersama Nitia Anisa dan Mamat Alkatiri di Ngopi Kompas TV