Badai Luar Angkasa Pertama yang Terdeteksi - TomoNews

TomoNews Indonesia 2021-03-13

Views 2

ANTARIKSA — Para astronomer mendeteksi sebuah badai plasma dengan diameter 1,000 km yang berputar di atmosfer teratas bumi, tepat di atas medan magnet kutub utara Bumi.

Fenomena ini juga disebut sebagai ‘badai luar angkasa’ yang terjadi pada 20 Agustus 2014 lalu selama kurang lebih 8 jam.

Terbuat dari garis medan magnet yang terbelit serta angin matahari yang terbang cepat, badai ini tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Namun empat satelit cuaca yang melewati kutub utara, mendeteksi adanya formasi yang tidak berbeda dengan badai luar angkasa pada umumnya.

Badai yang berbentuk seperti corong dengan pusat badai yang berada di tengah corong, dikelilingi pusaran lengan spiral plasma yang berputar berlawanan arah jarum jam.

Jika pada umumnya badai akan menghasilkan air hujan, badai luar angkasa menghasilkan hujan elektron yang jatuh tepat di atas atmosfer teratas bumi.

Profesor Mike Lockwood, salah satu penulis jurnal sekaligus ilmuwan luar angkasa dari University of Reading di Inggris mengatakan kepada Eurekalert bahwa hingga saat ini badai plasma luar angkasa masih belum dipastikan ada.

“Jadi untuk membuktikan ini dengan sebuah observasi menarik itu luar biasa,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa badai tropis diasosiasikan dengan energi berjumlah besar dan badai luar angkasa ini pasti tercipta oleh transfer energi angin matahari yang sangat besar dan cepat, serta partikel bermuatan ke atmosfer teratas Bumi.

Tim peneliti yang terdiri dari China, AS, Norwegia dan Inggris, melakukan observasi dengan empat satelit cuaca serta sebuah model 3D magnetosphere untuk memproduksi gambar, yang dipublikasikan di Nature Communications pada 21 Februari lalu.

Meskipun badai antariksa ini baru pertama kali ditemukan dan diamati, para peneliti berhipotesis bahwa fenomena ini dapat terjadi di planet manapun, karena “plasma dan medan magnet di atmosfer planet ada di seluruh alam semesta”, terang Lockwood.

Menurut penulis utama studi ini, Professor Qing-He Zhang dari Universitas Shandong, badai antariksa akan menyebabkan efek cuaca antariksa penting seperti peningkatan tarikan satelit, gangguan komunikasi radio Frekuensi Tinggi, navigasi satelit dan sistem komunikasi.

SOURCES: Nature Communications, Eurekalert, Space

Share This Video


Download

  
Report form