JAKARTA, KOMPAS.TV - GeNose C19, alat deteksi virus korona baru buatan Universitas Gadjah Mada, menjanjikan harapan bahwa screening atau penapisan Covid-19 di Indonesia bisa dilakukan dengan murah dan cepat.
Saat ini, GeNose C19 menunggu rekomendasi untuk dibuat secara massal.
Apresiasi terhadap produk karya anak bangsa ini mengemuka saat Menristek Bambang Brojonegoro menyerahkan GeNose C19 kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan, Muhadjir Efendi, di Jakarta, Kamis.
GeNose C19 buatan UGM diklaim mampu mendeteksi virus korona baru dengan cepat dan biaya sangat murah.
GeNose C19 bukan alat diagnosis, melainkan alat screening atau penapisan yang termasuk kategori tes cepat atau rapid test.
GeNose C19 bekerja dengan cara mengambil sampel dari embusan nafas yang kemudian diolah menggunakan teknologi kecerdasan buatan.
GeNose C19 memiliki sejumlah kelebihan.
Biaya penapisan menggunakan GeNose C19 sangat murah, berkisar Rp 15-25 ribu, durasi tes singkat hanya sekitar 3 menit.
Selain itu, berbeda dengan tes usap, pengambilan sampel GeNose C19 jauh lebih nyaman dan tidak menyakitkan.
Kelebihan lain, GeNose C19 tidak memerlukan reagen.
Meskipun mampu mendeteksi individu yang positif Covid-19 dengan akurasi 92 persen, GeNose C19 masih memiliki kekurangan dalam hal mendeteksi individu yang negatif Covid-19.
Akurasi GeNose C19 94 persen di bawah syarat WHO sebesar lebih dari 97 persen.
Namun demikian, GeNose C19 merupakan karya anak bangsa yang menjanjikan dan mampu menjawab tantangan pandemi yang belum terkendali.
Kelebihannya sebagai alat penapisan berguna untuk melacak mengisolasi dan mencegah penyebaran Covid-19.
Untuk membahasnya, simak dialog bersama Ketua Tim Pengembang GeNose C19 UGM Yogyakarta, Profesor Kuwat Triyana, dan Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19, Ali Ghufron Mukti.