MAGELANG, KOMPAS.TV 124 warga masih mengungsi di posko pengungsian di Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, Magelang Jawa Tengah.
Menurut salah satu pengungsi, untuk kebutuhan makan sudah tercukupi dengan baik.
Para pengungsi masih membutuhkan kasur, alat mandi, popok, dan makanan bayi.
"Belum ada (sabun, popok) kalau makanan sudah," tutur Tri Suwarti, pengungsi.
Selain itu sejumlah titik pengungsian dan dapur umum juga sudah didirikan oleh sukarelawan di Desa Tegalmulyo, Klaten, Jawa Tengah.
Wilayah desa ini masuk dalam kawasan rawan bencana dalam menghadapi status merapi siaga.
Dapur umum dengan logistik seadanya sudah didirikan sejak Jumat (6/11/2020) kemarin.
Ada 75 warga baik dewasa, lansia, dan anak balita yang sudah mengungsi di lokasi ini.
"Dari polres, BPBD, kemudian PMI kabupaten ada. Untuk kekurangan sampai saat ini untuk tikar, kita kekurangan. Karena memang untuk pengungsi, jumlah tikar dan juga alas kita terbatas dan juga untuk masker di masa pandemi ini sangat banyak sekali," kata Purnama, relawan.
Sementara jalur evakuasi di Desa Tlogowatu hingga ke Desa Tegalmulyo, Klaten, Jawa Tengah, rusak parah.
Jalur ini digunakan warga untuk menuju barak pengungsian paling bawah yaitu di Desa Karangnongko yang jaraknya sekitar 20 kilometer.
Apabila status merapi semakin berbahaya, warga harus mengungsi ke titik aman yaitu di barak Desa Karangnongko.
Rusaknya jalur ini dikhawatirkan bisa menghambat jalannya evakuasi warga.
Sementara itu sebagian jalur evakuasi warga lereng merapi di Kabupaten Sleman terpantau rusak.
Di kecamatan Cangkringan, kerusakan jalan terjadi di sebagian wilayah Desa Glagaharjo khususnya jalan yang menghubungkan Dusun Banjarsari dan Srunen.
Di tempat ini jalan rusak diperkirakan mencapai 2 kilometer.