BALI, KOMPAS.TV - Tidak mudah bagi Ni Luh Sindiari, pelajar SMA Slua Saraswati, Kabupaten Karangasem, Bali, untuk mengikuti pembelajaran secara online selama pandemi Covid-19.
Kedua orangtuanya yang bekerja sebagai buruh tani tidak mampu membelikannya kuota internet sebanyak yang ia butuhkan.
Ni Luh akhirnya pun ikut bekerja menjadi buruh tani di lahan milik tetangga di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem.
Uang hasil ia bekerja sebagai buruh tani digunakan Ni Luh untuk membeli kuota internet dan buku-buku penunjang belajar.
Setidaknya ia membutuhkan Rp 50 ribu untuk mendukung belajar daring selama sebulan.
"Kesulitan sih, soalnya kan dalam 15 hari itu harus beli kuota. Karena kan 1gb itu untuk 15 hari sama sinyalnya juga susah. Capek lumayan tapi ini demi orang tua sama beli kuota karena kan orang tua nggak selalu bisa memenuhi," ujar Ni Luh.
Kedua orangtua mensyukuri niat Ni Luh mencari sendiri biaya untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya.
Ni Luh adalah satu-satunya anak yang bisa menempuh pendidikan hingga sekolah menengah atas.
Penghasilan yang tidak menentu membuat anak kedua mereka terpaksa putus sekolah.
Besar harapan kedua orangtua agar Ni Luh bisa menyelesaikan pendidikan setinggi-tingginya dan sang buah hati membawa kehidupan keluarga mereka menjadi lebih baik.