JAKARTA, KOMPAS.TV - Kuat dugaan, tidak singergisnya pemerintah kota Surabaya, dengan pemerintah provinsi Jawa Timur, menjadi penyebab tidak terkontrolnya kasus positif corona di Surabaya.
Wali kota Surabaya Tri Risma Harini, sampai harus bersujud sambil menangis, karena dirinya mendengar banyak warga Surabaya, yang tidak bisa dirawat di Rumah Sakit Dokter Sutomo, karena jumlah pasien yang dirawat, melebih kapasitas.
Risma pun mengaku, Pemkot Surabaya sudah berkomunikasi dengan pengelola rumah sakit, tetapi terkendala wewenang rumah sakit yang ada di pemprov Jawa Timur.
Salah satu dokter di Rumah Sakit Dokter Sutomo Surabaya menyampaikan, kesulitan menemukan tempat untuk merawat warga yang diduga terjangkit corona.
Perdebatan Antara Wali Kota Risma dan dokter rumah sakit pun berlanjut, terkait penyaluran alat pelindung diri, atau APD.
Per hari ini provinsi Jawa Timur punya kasus positif corona terbesar di Indonesia, melampaui DKI Jakarta, dengan 12.136 kasus.
Dan kota Surabaya, kini memiliki kasus positif corona terbesar sejawa timur.
Per hari ini, sudah ada lima ribu enam ratus lima, kasus positif corona di Surabaya, atau 46 persen lebih dari total kasus positif corona di Jawa Timur.
Disusul Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, dan kabupaten kota lainnya.
Disisi lain, sejumlah rumah sakit rujukan pasien corona di Surabaya melaporkan, kondisi ruang isolasi mereka dalam keadaan penuh.
Sejumlah rumah sakit yang ruang isolasinya penuh itu diantaranya Rumah Sakit Universitas Airlangga, rumah Sakit Husada Utama, rumah sakit PHC Surabaya, RSU Haji Surabaya, dan rumah sakit Adi Husada Undaan Wetan.
Presiden Joko Widodo sudah menekankan, penanganan corona di Indonesia, harus diimplementasikan dengan cara penanganan krisis suatu negara.
Karena itu, di masa krisis seperti sekarang, egosektoral, apalagi egopolitik, tentu harus dibuang jauh-jauh.