JAKARTA, KOMPAS.TV - Aksi pencurian data pribadi diduga kembali terjadi.
Kali ini peretas bernama akun database shoping menjual data pasien Covid-19 di situs terbuka raid forums.
Data yang diperoleh Kompas.id menunjukkan data yang dihimpun adalah data sensitif berisi nama, nomor telepon, alamat, hasil tes PCR, dan lokasi tempat pasien dirawat.
Peretas menjual data base yang diklaim berisi pasien corona di Indonesia dengan harga 300 dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 4,2 juta.
Ketua Biro Hukum Pembinaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Nazrial Nazar menduga hal ini merupakan sesuatu yang direncanakan.
Kebocoran data ini mungkin akan terjadi saat data pasien berada di medical record.
"Ada kemungkinan bocor setelah data ini, data itu sudah tidur dalam medical record, kemungkinan besar diambil," ujarnya.
Sementara Pengamat Siber, Alfons Tanujaya, menanggapi kebocoran data sebagai new normal, lantaran menghadapi dunia digital, orang-orang akan banyak menyimpan harta secara digital.
Alfons mengatakan untuk menyikapi kebocoran database, menunjuk siapa yang salah dan benar bukan hal yang penting.
"Yang penting adalah kita harus menyikapi bahwa kebocoran database itu selalu akan terjadi. Kita sudah belajar dari beberapa bulan lalu, dari kasusnya e-commerce, dari kasusnya penegak hukum, lalu sekarang kasusnya petugas kesehatan," katanya.
Memperbaiki dan meningkatkan keamanan adalah hal yang paling penting, tambahnya.
Sejauh mana kebenaran dugaan bocornya data pasien corona ini?
Sebegitu mudahkan data pribadi diretas?
Simak dialog bersama dengan Ketua Biro Hukum Pembinaan Ikatan Dokter Indonesia Nazrial Nazar dan Pengamat Siber Alfons Tanujaya.