Salam jelajah,
Dayu Hatmanti masih meneruskan penjelajahannya di kepulauan Kangean.
Tak lengkap rasanya berkunjung ke suatu tempat tanpa mengetahui sejarah dan budaya dari tempat ini. menuju rumah ada tanggal dan bertemu tokoh masyarakat
Rumah adat rumah panjang Pecinan ya cina gitu ya Soalnya dari Cina ini sebenarnya adalah dijadikan satu rumah adat dari masyarakat yang sendiri yang biasanya rumah ini dibawa oleh orang yang mau kawin itu ini punya yang laki-laki. Perempuan memang telah dimodifikasi beberapa bagian yang tanpa menghilangkan esensi bangunan dan ruangan.
Perbedaannya tidak terlalu banyak bila dibandingkan dengan rumah yang benar-benar masih tradision ngobrol-ngobrol pak kata kangen ke guru saya terdengar unik Apa artinya pulau yang muncul gitu di air dengan jadi kalau versi kedua itu kayak dari bahasa Jawa itu artinya kangelan jadi setiap Siapa yang menginjak Kalian kan kadang-kadang orang-orang wayan sering itu terdampar di Kalianda bisa kembali lagi Ini bahasa Indonesia juga ada juga ada karena di situ jadi muncul bahasa Iya jadi jadi bahasanya juga tidak Madura.
Rencana Saya siang ini mendatangi beberapa pulau di sekitar Pulau Kangean yang berniat melihat kondisi terumbu karang panjang jalur yang kami lalui banyak pulau kecil tersebar disekitar pulau Kangen seperti: Pulau Paliat, Sapeken, Saobi dan pulau-pulau kecil lainnya.
Ada satu daratan yang unik yang sebenarnya adalah tumpukan karang mati. Bila muncul karena air laut surut akan membentuk jalan atau daratan yang panjang. Orang menyebutnya sebagai jembatan ajaib karenanya muncul dalam waktu satu malam saja.
Setelah puas menjamah jembatan ajaib perjalanan berlanjut ke pulau destinasi, yaitu Pulau Saobi.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari Pulau Kangean, sampailah di sebuah pulau yang dijadikan cagar alam yaitu Pulau Saobi.
Luas Pulau sekitar 430 hektar dan terdapat 429 kepala keluarga yang tinggal di sini. Desa Saobi tertata rapi dan bersih, dengan karakter rumah-rumah panggung.