KOMPAS.TV - Di Makassar, Sulawesi Selatan terdapat sebuah masjid tua, peninggalan saudagar Arab, yang kini masih dijaga keasliannya.
Dulunya, saudagar Arab datang ke Makassar, untuk berdagang sekaligus menyebar agama Islam di Indonesia.
Sebuah masjid tua berumur lebih dari satu abad ini memiliki cerita menarik dalam sejarahnya.
Masjid ini bernama Masjid Assaid , dan dibangun pada tahun 1907.
Namun banyak orang sekitar menyebutnya sebagai Masjid Arab.
Karena menurut sejarahnya masjid dengan arsitektur arab ini didirikan oleh orang Arab yang datang ke Makassar pada saat itu untuk menyebarkan ajaran agama Islam dan juga untuk berdagang.
Masjid yang dibangun sebelum kemerdekaan Indonesia ini juga memiliki banyak sejarah.
Salah satunya pernah menjadi tempat singgah para calon jemaah haji pada masa lampau.
Sebagai masjid Arab, ciri khas dari masjid ini adalah dua pohon kurma yang tumbuh berdampingan.
Meski pohon kurma ini tidak pernah berbuah sejak ditanam sekitar dua puluh tahun yang lalu.
Sedangkan di dalam bangunan masjid ini, masih dijaga keasliannya.
Hampir di seluruh bangunan terdapat tulisan Lafaz Allah.
Masjid ini juga memiliki 4 tiang penyangga atau pilar yang berdiri kokoh di tengah masjid.
4 tiang berukuran besar setinggi kurang lebih 17 meter ini memiliki makna tersendiri.
Keberadaan 4 tiang ini memiliki filosofi 4 pilar utama dalam ajaran Islam yakni Quran, Hadist, Qiyas dan Ijma Ulama.
Berbeda dengan masjid lain pada umumnya, Masjid Assaid hanya diperuntukkan bagi jemaah laki-laki saja.
Bukan tanpa alasan, aturan ini sudah ada sejak awal berdirinya masjid ini.
Jemaah perempuan lebih diutamakan untuk shalat dan beribadah di rumah.
Namun jika ada musafir dari kaum perempuan yang ingin shalat di masjid ini, juga diperbolehkan, dan tetap disediakan alat shalat lengkap.