Seorang remaja di Jakarta Barat dengan sadar membunuh tetangganya yang masih di bawah umur. Tidak ada motif yang jelas mendorong pelaku untuk membunuh korban.
Setelah membunuh dengan cara menenggelamkan kepala korban ke dalam bak berisi air, mayat korban diletakkan di dalam lemari. Esok harinya pelaku membolos sekolah untuk melapor diri ke polisi terdekat karena sudah membunuh tetangganya.
Setelah polisi melakukan penyelidikan terungkap pelaku membunuh karena menonton film. Dari keterangan itu polisi memiliki kesimpulan bahwa tindakan kekerasannya terinspirasi dari film horor yang pelaku tonton.
Tapi apakah benar seorang anak setelah menonton film langsung muncul hasrat menghilangkan nyawa orang lain?
Psikolog mengatakan film gak bisa disalahin sebagai faktor tunggal seseorang melakukan tindak kekerasan. Ada banyak faktor yang bisa membuat orang apa lagi seorang anak punya keinginan membunuh orang lain. Faktor itu bisa datang dari neurologi, psikologis dan lingkungan sosial.
Penelitian menyebutkan paparan kekerasan dalam film memang bisa jadi pemicu seseorang melakukan tindakan ekstrim. Tapi ini gak terjadi begitu saja, perlu proses psikologis dan riwayat kehidupan individu yang membentuk motif tindak kekerasan.