AS - Iran Kian Memanas, Ini Dampaknya bagi Ekonomi Indonesia

KompasTV 2020-01-08

Views 1

JAKARTA, KOMPAS.TV - Hubungan Amerika Serikat dan Iran kian memanas pasca-serangan Amerika Serikat ke Baghdad yang menewaskan pimpinan militer Iran Qasem Soleimani, Hal ini memicu kekhawatiran publik mengenai perang dunia ketiga lantaran keterlibatan negara-negara ke masing-masing pihak.

Dikutip dari Kompas.com, Direktur Riset Centre of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menilai, ketegangan kedua negara yang berlarut bisa menyebabkan defisit migas RI kian melebar. Pasalnya, dalam beberapa hari terakhir pasca serangan terjadi, harga minyak dunia terus terkerek naik.

\"Ketegangan ini juga bisa berdampak ke perekonomian melalui jalur perdagangan misalnya dengan kenaikan harga minyak. Tentunya kita berharap kedua pihak bisa menahan diri dan menyelesaikan perbedaan dengan jalan damai,\" jelas Piter, Selasa (7/1/2020).

Senada dengan Piter, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira menjelaskan, dengan meningkatnya ketegangan AS dan Iran, beban subsidi BBM dan tarif listrik bakal bengkak di awal tahun.

Pasalnya, asumsi harga minyak mentah acuan RI (ICP) di APBN 2020 sebesar 63 dollar AS per barrel, jauh lebih rendah dari harga acuan global yang sudah mulai menanjak naik. Menurutnya, hal itu bisa membuat harga BBM non subsidi jenis Pertamax dan Dex yang diturunkan kembali mengalami penyesuaian.

Masih dikutip dari Kompas.com, di pasar keuangan, dampak memanasnya hubungan AS dan Iran akan membuat investor kian takut berinvestasi di pasar negara berkembang. Investor akan cenderung main aman, misalnya dengan membeli dollar AS atau harga emas. Indikator tersebut sudah terlihat dari naiknya harga emas dunia sebesar 3,5 persen dibandingkan pekan lalu menjadi 1.572 dollar AS per ons dan dollar indeks menguat tipis 0,85 persen dalam sepekan terakhir.

\"Kalau di pasar keuangan dampaknya adalah volatilitas yang membahayakan ekonomi dalam jangka panjang,\" jelas dia. \"Harga bbm dan listrik berisiko naik, daya beli merosot, rupiah melemah, investor menyimpan di aset aman, dan kinerja ekspor maupun investasi makin berat,\" ucapnya.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam Iran, di mana pihaknya sudah mengidentifikasi 52 target dan bakal menyerangnya \"dengan sangat cepat\" jika diserang.

Hal itu terjadi setelah komandan Pasukan Quds, Mayor Jenderal Qasem Soleimani, tewas diserang oleh drone AS Jumat (3/1/2020).

Dilansir BBC Sabtu (4/1/2020), Teheran sudah berjanji akan melakukan balas dendam atas kematian jenderal yang sangat berpengaruh di Iran itu. Dalam kicauannya di Twitter, Trump menuturkan bahwa Teheran sudah menyatakan bakal mengincar sejumlah aset AS di Timur Tengah. Presiden dari Partai Republik itu berargumen, Soleimani sudah membunuh dan melukai warganya selama bertahun-tahun.

#AS #Iran #KonflikIran

Share This Video


Download

  
Report form