Lelaki Yang Tak Punya Mata
Seseorang pernah berteriak-teriak menghujat seseorang lelaki yang dimakinya tak punya mata
Ah, Aku ingat, lelaki yang dimakinya tak punya mata itu
Dahulu aku sering menggenggam tangannya
Aku ingat, matanya memang terpejam
Tapi nyata: ia melihat lebih banyak dari kami semua
Memandang lebih dalam dari kami yang matanya membelakak
Dan menyaksikan lebih jauh dari mata kami yang terbuka lebar
Lelaki itu... adalah samudera kehangatan
Dimana setiap orang bebas berenang, berselancar ataupun menyelam
Tanpa takut ditanya: agamamu apa?
Aku ingat, mata lelaki itu,
Ialah mata air,
Yang darinya keluar cinta kasih melimpah-ruah
Meluber hingga ke samudera
Tak habis-habisnya disesap manusia
Mata lelaki itu adalah pelukan hangat untuk siapa saja
Terutama yang membawa luka
Dan disanalah kami semua menemukan rumah
Tempat luka-luka dibasuh oleh air matanya
Mata lelaki itu, adalah jendela
Siapa saja bisa memanjat, untuk kemudian masuk ke dalam kepalanya
Menjelajah tanpa batas
Dan berakhir di hatinya yang lapang
Mata lelaki itu, adalah tunas kebaikan
Yang tak pernah berhenti tumbuh meski selalu dibagikan ke semua orang
Karena ia percaya: kebaikan untuk semua,
Bukan hanya golonganku saja
Dan dari tetes air mata kerinduan seluruh manusia yang mencintainya
Kami membangun jembatan, antara kami dan Si Lelaki yang katanya tak bermata itu Melalui jembatan itu kami berjalan menuju samudera matanya
Menjauh, menjauh, dan masih jauh dari teriakan-teriakan lelaki pendengki yang tak punya hati
Simak persembahan puisi Inaya Wahid, yang berjudul Lelaki yang Tak Punya Mata dalam ROSI episode Berbagi Warisan Gus Dur tayang 22 Juni 2017.
Jangan lewatkan dialog seru lainnya di program ROSI setiap hari Kamis pukul 20.00 WIB hanya di @kompastv
Dan follow akun Instagram talkshow ROSI @rosi_kompastv
Juga Twitter di @Rosi_KompasTV
#RosiKompasTV #WarisanGusDur #ROSI #KompasTV