TRIBUN-VIDEO.COM - Niluh Putu Ary Pertami Djelantik atau yang lebih dikenal dengan nama Niluh Djelantik adalah seorang pengusaha dan juga perancang sepatu handmade kulit asal Bali.
Niluh Djelantik lahir di Bangli pada 15 Juni 1975.
Sang kakeklah yang memberikan nama Niluh Putu Ary Pertami Djelantik yang memiliki arti 'yang pertama'.
Kedua orang tua Niluh Djelantik telah bercerai saat usianya menginjak satu tahun dan dibesarkan hanya oleh sang ibu.
Niluh Djelantik tumbuh di keluarga yang sederhana dan tinggal bersama beberapa anggota keluarga lain seperti sepupu, paman, bibi, kakek, dan nenek di sebuah kamar kontrakan di Denpasar.
Keluarga Niluh Djelantik memenuhi kehidupan sehari-hari dengan berjualan di pasar yang terletak di Denpasar dan tidak jauh dari kamar kontrakan tempatnya tinggal.
Niluh Djelantik juga pernah bekerja sambilan di sebuah toko buku.
Imbalannya, Niluh Djelantik diperbolehkan membaca buku-buku yang ada ditoko dan juga membawa pulang buku dan majalah yang tidak terjual.
Tak hanya itu, Niluh Djelantik juga sering membantu keluarganya berjualan di pasar setelah pulang sekolah.
Terkadang, Niluh Djelantik juga membantu tetangganya berjualan di pasar dan memiliki lapak yang tidak jauh dari milik keluarganya.
Pakaian gratis dari barang dagangan kerap menjadi imbalan yang diterima Niluh Djelantik.
Niluh Djelantik menikah dengan Louis Kieffer pada tahun 2013 dan dikaruniai satu orang anak bernama Niluh Putu Ines Saraswati Djelantik.
Perjalanan Karier
Setamat SMA di tahun 1994, Niluh Djelantik melanjutkan pendidikan di Jakarta.
Atas keinginan ibunya, Niluh Djelantik kuliah jurusan Manajemen Keuangan di Universitas Gunadarma.
Di tahun 1995, Niluh Djelantik mendapatkan pekerjaan profesional pertamanya sebagai operator telepon di sebuah perusahaan tekstil asal Swiss.
Sudah bisa berpenghasilan membuat Niluh Djelantik teringat hasratnya ingin memiliki sepatu yang pas di kaki.
Gaji pertamanya langsung Niluh Djelantik gunakan untuk membeli sepatu di kawasan Blok M, Jakarta.
Pilihan Niluh Djelantik jatuh pada sepatu bertumit tinggi seharga Rp 15 ribu untuk bekerja di kantor.
Akhir tahun 2001, Niluh Djelantik kembali ke Bali dan mendapatkan pekerjaan di perusahaan fesyen Paul Ropp milik pengusaha Amerika Serikat.
Saat itu Niluh Djelantik dipercaya memegang kendali sebagai Direktur Marketing dan membuat Paul Ropp berkembang pesat.
Di tahun 2002, penjualan naik hingga 330%, butik pun bertambah hingga 10 lokasi.
Namun di tahun 2003 Niluh Djelantik meninggalkan pekerjaannya sebagai marketing karena dalam rangka ekspansi perusahaan.
Ekspansi perusahaan membuat Niluh Djelantik mengkompensasikan dengan jam kerjanya yang panjang dan berpergian keluar negeri setiap saat untuk melakukan trade show dan juga membuka pasar bagi perusahaan itu.
Karena pekerjaan yang padat, Niluh Djelantik jatuh sakit dan dokter mengingatkan untuk tidak berpergian jauh sekurangnya dalam waktu enam bulan padahal pekerjaannya menuntut Niluh Djelantik untuk berpergian ke beberapa negara.
Niluh Djelantik yang saat itu berdomisili di New York akhirnya memutuskan untuk kembali ke Bali lagi.
Karena obsesinya terkait tiap perempuan seharusnya bisa memakai sepatu bertumit tinggi dengan nyaman, Niluh Djelantik akhirnya memberanikan diri untuk melahirkan produk sepatu bernama 'NILOU' di kawasan Kerobokan.
Saat itu Niluh Djelantik bermodalkan uang sebesar Rp 33 juta.
Nama 'NILOU' terbentuk dari slang lafal Niluh di lidah bule dan menciptakan peluang bertemu dengan Cedric Cador.
Cedric Cador adalah sosok yang terbiasa memasarkan produk Indonesia di Eropa.
Koleksi pertama NILOU pun langsung terkenal di Prancis dan banjir pesanan hingga 4 ribu pasang.
Di tahun 2004, Niluh mendapatkan kontrak outsource dari jaringan ritel Topshop yang berpusat di Inggris dan membuat pintu perdagangan ke Eropa makin melebar.
Di tahun yang sama, seorang perempuan asal Australia berkunjung ke gerai NILOU di kawasan Seminyak, Bali.
Dia adalah Sally Power yang mengaku terkesan dengan sepatu NILOU dan menawarkan diri untuk menjadi distributor di negaranya, Australia.
Nama NILOU semakin dikenal, bahkan desainer-desainer internasional yang berproduksi atau mencari inspirasi di Bali ikut memakai produk NILOU.
Hubungan profesional mendesainkan sepatu untuk perancang-perancang busana dunia seperti Nicola Finetta, Shakuhachi, Tristanblair, dan Jessie Hill pun terbentuk.
Saat NILOU baru lahir, Niluh Djelantik membutuhkan waktu hingga dua bulan untuk menyelesaikan satu desain sepatu.
Membutuhkan waktu lama karena perlu berdiskusi dengan pengrajin.