SELAT SUNDA, INDONESIA — Gunung berapi Indonesia yang menyebabkan tsunami yang menewaskan lebih dari 400 orang minggu lalu kini hanya berukuran 110 meter setelah kehilangan dua pertiga dari ketinggiannya.
Anak Krakatau adalah stratovolcano yang terletak di Selat Sunda. Stratovolcanoes terbentuk melalui akumulasi lapisan lava kental dan abu melalui beberapa letusan.
Menurut Volcano Discovery, gunung berapi ini telah aktif sejak sekitar 1928. Letusannya strombolian.
Menurut Science Magazine, letusan strombolian terjadi ketika gas di dalam gunung berapi membentuk gelembung yang disebut siput gas. Siput gas kemudian naik melalui kolom magma dan melemparkan magma ke udara ketika meledak.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia telah menganalisis gambar gunung berapi dari sejumlah satelit radar, termasuk konstelasi Sentinel-1 Uni Eropa, platform TerraSAR-X Jerman, dan badan Antariksa Jepang.
Ini menunjukkan Anak Krakatau, yang dulunya berdiri di ketinggian sekitar 340 meter, sekarang hanya berukuran 110 meter.
Menurut AFP, letusan terus-menerus menyebabkan batu dan abu dari gunung berapi secara bertahap meluncur ke laut sehingga menyebabkan kehilangan sekitar 150 dan 180 juta meter kubik material.
Anak Krakatau, yang namanya diterjemahkan menjadi "Anak Krakatau", dibentuk sekitar tahun 1928 di kawah yang ditinggalkan oleh Krakatau, gunung berapi terkenal yang letusan masifnya pada tahun 1883 memicu periode pendinginan global.
Menurut pihak berwenang setempat, tsunami yang disebabkan oleh letusan telah menyebabkan 7.202 orang terluka, 29 orang hilang dan 43.386 orang mengungsi.