JAKARTA, INDONESIA — #makanmayit adalah proyek seni milik Natasya Gabriella Tontey yang mengangkat tema kanibalisme dikecam oleh menteri pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
Pameran #makanmayit ini diadakan pada tanggal 25 Februari 2017 di sebuah restoran di Kemang, Jakarta Selatan dengan harga tiket masuk sebesar Rp 500,000. Ya, untuk menikmati makan malam mayat ini anda perlu membayar 500,000.
Natasya dinilai telah melewati batas dalam mengekspresikan keseniannya yang merusak norma sosial. Proyek seni ini menyajikan makanan yang menyerupai tubuh dan otak bayi. Ada sajian berbentuk janin bayi berwarna merah yang terbuat dari pudding.
Beberapa hidangan lain juga disajikan di dalam tubuh boneka bayi. Proyek ini ingin mengajak audiens untuk merasakan sensasi ‘makan bayi’.
Dalam sebuah wawancara, Natasya mengatakan bahwa karyanya ini merupakan salah satu bagian dari eksperimen sosial. Ia ingin melihat bagaimana reaksi publik menanggapi persoalan tentang kanibalisme.
Tidak sedikit netizen yang mengkritik dan menuduh Natasya sebagai seorang psikopat. Menurutnya, hakikat psikopat dan kanibal ada dalam tiap pribadi manusia. Sebuah karya seni memang bisa menjadi sarana bagi seniman untuk mengkritik isu sosial, tapi nampaknya karya Natasya Gabriella Tontey ini tidak cukup kuat konteks kritik seninya. Jadi tidak heran jika banyak publik yang mengecam.
Ekspresi dalam berkesenian itu wajar dilakukan oleh seorang seniman, tetapi tetap diperlukan konteks yang beralasan di dalamnya. Bagaimana menurut anda?