Laporan wartawan Tribun Lampung, Yoga Noldy Perdana
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Stand up Comedy saat ini begitu populer di dunia hiburan Indonesia. Sejumlah stasiun televisi swasta menayangkannya secara itu berkala karena banyak yang menggandrungi genre komedi tersebut.
Saking populernya, anak-anak muda Bandar Lampung mendirikan komunitas stand up. Komunitas itu merupakan wadah buat siapa saja di kota itu, yang menggemari atau ingin belajar menjadi seorang komika.
Ditemui di salah satu kafe di bilangan jalan Gatot Subroto Bandar Lampung, Senin (29/02/16), beberapa komika dari Stand Up Bandar Lampung sedang asyik berbincang penuh canda yang mengundang gelak tawa saat mendengarnya.
Tribun Lampung menghampiri mereka untuk mengetahui lebih dalam mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan komunitas tersebut.
Pembina Komunitas Stand Up Bandar Lampung, Dimas Nobos menuturkan, komunitas komedi berkonsep stand up itu, saat ini beranggotakan para komika yang kegiatan rutinnya menghibur masyarakat Bandar Lampung. Tentu mereka menghibur melalui candaan atau lelucon yang disampaikan sendiri di panggung.
Stand Up merupakan genre komedi cerdas. Dikatakan cerdas, menurut dia, karena materi yang disampaikan merupakan lawakan yang dirangkai atau dikonsep sedemikan rupa. Biasanya diambil dari kehidupan sehari-hari melalui observasi terlebih dulu oleh seorang komika.
“Materi yang dibawakan memiliki berbagai jenis atau tingkatan yang ada. Di dalam Stand komedi kita mengenal tiga tingkatan materi. Pertama berbau agama, kedua politik, dan yang ketika berhubungan dengan blue materi atau lawakan vulgar,” terang Dimas.
Materi Agama, lanjutnya, merupakan tingakatan materi teratas dan dianggap sebagai materi tersulit untuk dibawakan saat ber-stand up. Sebab, Agama sendiri memiliki tingkat sensitif yang paling rentan.
tapi, bukan berarti materi di luar agama bisa disampaikan dengan mudah di atas panggung. Masing-masing materi punya kesulitan dan tantangan masing-masing.
“Jadi, kita harus konsep dulu materinya. Kira-kira apa yang lucu, bisa dimengerti secara global oleh pendengarnya, dan kita juga selalu observasi materi dengan melihat seluas-luasnya dalam masyarakat untuk kita tangkap dan diramu jadi sebuah komedi yang lucu,” ujarnya.
Bagaimana caranya agar para komika dapat membuat para audiens terhibur? Di sini terdapat beberapa teknik yang menjadi pakem bagi para komika sebagai senjata komedinya.
Di dalam materi stand up comedy, terangnya, ada yang di sebut joke atau lelucon. Joke terdiri dari dua bagian yaitu, set-up dan punchline. Satuan materi yang terdiri dari set-up dan punchline disebut dengan bit.
Set-up adalah bagian yang tidak lucu dari sebuah bit. Biasanya premis atau pengantar dari bit tersebut ke bagian yang lucu.
Sedangkan, Punchline adalah bagian yang lucu cari sebuah bit. Biasanya membalikan premis atau memberikan sesuatu yang mengejutkan sebagai penutup dari set-up atau premis tadi. Karena efek mengejutkannya itu maka disebut punchline.
“Sebagai contoh kalimat sederhananya bit : Sekarang ini katanya lagi musim selfie, tapi menurut saya bukan, sekarang itu musim ujan,” ujar Dimas.
Ada beberapa teknik teknik yang harus di kuasai oleh komika atau stand up comedian. Beberapa di antaranya one liner bit singkat, yang hanya terdiri dari satu sampai tiga kalimat.
One liner merupakan teknik paling simpel di dalam stand up comedy. Namun memerlukan pemikiran yang lebih keras daripada teknik lainnya. Contoh one liner : Set up: Selamat malam, gimana penampilan saya hari ini? punchline: Udah kayak Rhoma Irama belum?
Lalu ada lagi yang dinamakan rule of three, atau teknik penggunaan tiga kalimat. Dua kalimat awal digunakan sebagai set up, satu kalimat terakhir digunakan sebagai punchline.
Kemudian teknik act out yang menggunakan gerakan sebagai pengganti kalimat. Biasanya act out memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi jika digunakan sebagai punch line.
Dimas menjelaskan masih banyak lagi teknik-teknik yang harus dikuasai seorang komika. Teknik itu dimainkan sepenuhnya untuk membuat penonton tertawa. Tapi, tak jarang upaya seorang komika gagal membuat penonton tertawa.
"Ketika kita gagal bikin penonton tertawa alias garing disebut nge-bomb. Kalau berhasil disebut nge-kill. Yang perlu diperhatikan oleh para komika, khususnya komika di komunitas Stand Up Bandar Lampung, adalah saat kita ingin menyusun materi. Usahakan menggunakan hasil pemikiran sendiri. Jangan menggunakan materi orang lain,” ujar Dimas.